Kisah Aas, Tetap Mengajar Meski Kehilangan Rumah dan Dicibir Staf DPRD

Mau enggak mau harus saya lakukan PJJ karena ini kewajiban saya. Kasihan anak-anak kalau saya enggak ngajar, kata Aas.

M Nurhadi
Kamis, 03 September 2020 | 11:38 WIB
Kisah Aas, Tetap Mengajar Meski Kehilangan Rumah dan Dicibir Staf DPRD
Aas Sudarmika, guru MIN 1 Kalideres, Jakarta Barat yang menjadi korban gusuran Tol JORR II sebelum rumahnya dieksekusi paksa. (Istimewa/Bantennews)

SuaraBanten.id - Aas Sudarmika nampak tetap berusaha tegar meski ia baru saja mengalami hal malang. Ia jadi salah satu warga yang rumahnya digusur untuk pembangunan Tol JORR II atau Kunciran-Bandara Soetta. 

Perempuan yang sehari-hari mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Kalideres ini tetap menjalankan kewajibannya memberikan pembelajaran secara daring ke anak didiknya.

Rumah Aas (panggilan akrabnya), masuk dalam 27 bidang yang dieksekusi paksa oleh aparat. Nasibnya semakin sengsara lantaran uang dari pemerintah belum dibayarkan lantaran proses pembayaran dilakukan secara konsinyasi atau dititipkan ke Pengadilan Negeri Tangerang Kelas IA.

Semenjak Rabu (2/8/2020), Aas yang menginap di DPRD Kota Tangerang terlihat sibuk dengan gawainya. Sesekali dia meraih pena dan lembaran kertas untuk mencatat hal-hal penting.

Baca Juga:Rumah Digusur Proyek Tol Bandara, Guru Selamatkan HP untuk Ngajar Online

Bersama putrinya yang sudah duduk di semester akhir salah satu Universitas Negeri di Banten tersebut, ia bermalam di Gedung DPRD.

Seolah tak ingin memperlihatkan kesedihannya, Aas yang menjadi guru kelas V itu nampak serius memberikan penugasan kepada anak didiknya. Meski demikia, ia tetap tak bisa menyembunyikan rasa kalut dari mimik wajahnya.

“Mau enggak mau harus saya lakukan PJJ karena ini kewajiban saya. Kasihan anak-anak kalau saya enggak ngajar,” katanya kepada bantennews.co.id (jaringan Suara.com).

Sayang, belajar daring yang menjadi kewajibannya harus terhenti karena baterai handphone miliknya habis. Charger miliknya juga hilang entah kemana sewaktu penggusuran.

Ia sempat hendak meminjam charger milik tetangganya yang juga berada di Gedung DPRD. Namun sama, mereka juga kehabisan daya baterai lantaran tak memiliki charger.

Baca Juga:Cerita Korban Gusuran Tol JORR II: Nginap di DPRD, Aas Tetap Ngajar Online

Tak ingin menyerah, Aas yang sudah puluhan tahun mengajar tersebut mencoba meminjam perangkat tersebut kepada salah satu staff di gedung tersebut.

Bukannya mendapatkan pertolongan, ia justru memperoleh jawaban sinis dari salah seorang staf DPRD Kota Tangerang yang diketahui bernama Lusi. Ia bahkan menceramahi warga yang lain juga.

“Saya mah bingung sama orang-orang punya handphone tapi enggak punya casan, orang mah bawa dari rumah biar ngga ngeribetin orang,” ketus Lusi dengan nada sinis.

Mendengar hal tersebut, Aas yang sebelumnya bersemangat seketika raut berubah muram. Ia menyahut, dalam situasi tersebut bukan hanya charger yang tidak terselamatkan, akan tetapi hampir sebagian besar barang miliknya saat ini tidak diketahui keberadaannya.

“Bukan cuma casan yang saya enggak punya embak, barang-barang yang lainnya juga enggak tau ada dimana, rumah saya udah rata sama tanah,” kata Aas dengan nada Lirih.

Sembari mengusap air matanya, ia mencoba memberikan pengertian kepada staff yang usianya jauh lebih muda darinya tersebut untuk lebih santun untuk menolak meminjamkan perangkat pengisi daya miliknya tersebut.

“Coba mbak ada di posisi saya, baju aja saya belum salin dari kemarin. Mbak masih muda saya sudah tua sebentar lagi juga pensiun tolong kalau memang tidak mau ngasih pinjem jangan kami diperlakukan seperti ini,” tegas Aas sambil meninggalkan Lusi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak