Terjebak Kerusuhan Wamena, Belasan Warga Banten Tak Punya Ongkos Pulang

Mereka umumnya pedagang. Ada yang berdagang makanan dan ada juga yang berjualan remote televisi.

Agung Sandy Lesmana
Selasa, 01 Oktober 2019 | 14:36 WIB
Terjebak Kerusuhan Wamena, Belasan Warga Banten Tak Punya Ongkos Pulang
Asap membubung di Bandara Wamena. [Antara]

SuaraBanten.id - Banyak perantau yang masih terjebak terkait insiden kerusuhan yang pecah di Wamena, Jayawijaya, Papua. Dari berbagai perantau itu termasuk warga dari sekitar Serang Banten.

Nurhasanuddin (28), salah seorang warga Kelurahan Secang, Kelurahan Cimuncang, Kecamatan Serang, Kota Serang yang berada di Papua mengaku, ada belasan warga Banten, khususnya dari Kota Serang dan Kabupaten Serang minta dibantu kepulangannya.

Mereka saat ini tinggal di sebuah kontrakan dekat masjid yang berdekatan dengan Koramil di Sentani Jayapura.

Saat dihubungi lewat sambungan telepon, Selasa (1/10/2019), Nurhasanuddin yang sudah 7 tahun berjualan di Papua menceritakan, belasan warga Banten yang berhasil terdata berasal dari Kabupaten Serang dan Kota Serang.

Baca Juga:Mengungsi Naik Hercules, Warga Wamena Kena Pungli Rp 1,5 Juta

Mereka umumnya pedagang. Ada yang berdagang makanan dan ada juga yang berjualan remote televisi.

“Mereka ingin pulang ke daerahnya. Namun mereka terkendala dengan biaya dan ongkos pesawat,” kata dia seperti dikutip Bantenhits.com--jaringan Suara.com.

Nurhasanudin merinci, warga yang asalnya dari Pamarayan dan Pontang, kebanyakan berjualan remote. Mereka mengontrak rumah di daerah Wamena yang diisi sekitar 10-15 orang.

“Sekarang ini ada beberapa orang di Jayapura, di Sentani ini ada yang mau pulang tapi nggak punya uang,” katanya.

Nurhasanudin memperkirakan, masih ada beberapa warga dari Banten termasuk penjual remote yang masih belum terdata di Jayapura. Mereka sebagian masih berjualan tapi tidak berani masuk ke pelosok-pelosok.

Baca Juga:33 Orang Tewas di Wamena, Jokowi: Masyarakat Tenang, Jangan Terprovokasi

“Cuma mereka ada yang tersebar, ada yang ke Jayapura, jadi nggak kumpul satu titik. Tapi ada yang masih jualan juga cuma enggak berani ke pelosok,” kata Nurhasanuddin yang penjual bubur ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini