Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Kamis, 23 Desember 2021 | 07:35 WIB
Jajaran direksi PT Asahimas Chemical menanam Mangrove di Desa Panimbang Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten, Rabu (22/12/2021). [Hairul Alwan/Suara.com]

Dengan meningkatnya produktivitas biologi sumber daya perikanan daerah pesisir Banten, nelayan diharapkan dapat menerima manfaat ekonomi dengan berkembang biaknya ikan dan biota laut. Belum lagi melalui pemanfaatan area konservasi menjadi daerah tujuan ekowisata.

“Belajar dari program rehabilitasi yang sudah dilakukan oleh KEHATI, keterlibatan dan peran aktif masyarakat yang tinggal di lokasi rehabilitasi sangat penting. Ekosistem mangrove yang ada harus dipahami sebagai bagian dari kehidupan masyarakat yang harus dijaga kelestariannya. Kita jaga mangrove, mangrove jaga kita,” ujar Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI Riki Frindos.

“Pada program 5 tahun ke depan, selain rehabilitiasi terdapat beberapa kegiatan lain, yaitu penguatan kelembagaan, pelatihan produk olahan mangrove, pelatihan perikanan berkelanjutan, pelatihan manajemen pemasaran produk, pembentukan toko, dan e-commerce. Satu hal penting lain, sebagai sarana ekowisata dan edukasi, pada program kali ini, kita berharap adanya pembentukan Taman Kehati Mangrove di tahun 2025,” tutup Eddy.

Mangrove Sebagai Benteng Tsunami

Baca Juga: Buntut Buruh Bobol Kantor Gubernur, Kasatpol PP Banten Dicopot

Provinsi Banten yang memiliki panjang pantai sekitar 509 km merasakan dampak akibat kerusakan ekosistem mangrove. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa bencana tsunami Selat Sunda pada tahun 2018 telah menyebabkan 437 korban meninggal dunia dan 14.059 orang luka-luka.

DKP Provinsi Banten menyatakan bahwa daerah-daerah yang terlindungi oleh mangrove memiliki kerusakan yang lebih rendah dibandingkan daerah lain yang tidak terlindungi oleh mangrove.

Fakta bahwa mangrove dapat meredam energi gelombang tsunami, dapat dibuktikan pada penelitian Onrizal (2005) , dimana Desa Moawo dan Desa Pasar Lahewa di Pantai Utara Nias selamat dari terjangan tsunami disebabkan kedua daerah ini memiliki hutan mangrove yang rapat.

Hasil studi pendahuluan KEHATI dengan Yayasan Konservasi Laut (YKL) (2019) di Teluk Palu juga mencatat bahwa mangrove terbukti mampu meredam terjangan tsunami di Kelurahan Kabonga Besar, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala.

Jasa ekosistem penting lainnya adalah kemampuan dalam proses penyerapan karbon pada permukaan atmosfer. Oleh karena itu upaya-upaya yang dilakukan dalam merehabilitasi mangrove memberikan dampak besar bagi keanekaragaman hayati ekosistem pesisir dan laut, melindungi pesisir dari bencana, membantu penyerapan karbon untuk memitigasi pemanasan global dan sosial ekonomi masyarakat dari jasa ekosistem mangrove.

Baca Juga: WH Ngadu ke Presiden Soal Buruh Terobos Ruang Kerja Gubernur Banten: Ini Ancaman

Load More