Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Kamis, 15 April 2021 | 09:29 WIB
Ade Armando [YouTube Cokro TV]

SuaraBanten.id - Dosen sekaligus pakar komunikasi Ade Armando menyebut orang yang memaksa perempuan berjilbab merupakan kaum berpikiran sempit.

Pernyataan itu diungkapkan Ade Armando dalam video berjudul 'Mereka yang (Ingin) Melepas Jilbab' yang diunggah Cokro TV, Rabu (14/4/2021).

Ade Armando mengawali pernyataannya dengan mengangkat sebuah kisah tragis seorang mahasiswi yang dipermalukan, dijambak, hingga disebut 'Pelacur' oleh orangtuanya sendiri hanya karena berfoto tanpa menggunakan jilbab.

Foto tersebut diketahui, hanya untuk koleks pribadi mahasiswi tersebut yang disimpan dalam laptopnya.

Baca Juga: Sindir Konten Artis Pamer Harta, Ade Armando: Tak Mikir Kondisi Masyarakat

Ade Armando mengungkapjan kisah yang dialami mahasiswi itu bukanlah satu-satunya kisah penindasan bagi perempuan yang tidak ingin atau belum ingin berjilbab.

Maret lalu, kata Ade Armando, Human Rights Watch meluncurkan sebuah laporan 150 halaman berjudul 'Aku Ingin Lari Jauh: Ketidakadilan Aturan Berpakaian Bagi Perempuan di Indonesia.'

"Laporan itu mendokumentasikan perjalanan para perempuan di beberapa kota di Indonesia yang menolak berjilbab dan akibatnya mengalami perundungan, bullying habis-habisan," ungkap Ade Armando.

Ade Armando mengungkapkan, tekanan untuk berjilbab itu bisa datang dari berbagai penjuru, seperti orangtua, teman, senior, pihak sekolah, atasan, dan lain-lain.

"Ini lazim sekali terjadi pada siswi-siswi yang menempuh pendidikan di Sekolah Negeri," ujar Ade.

Baca Juga: Dikritik Ade Armando, Pamer Bulan Madu Atta Halilintar - Aurel Memalukan

Seorang siswi tidak berjilbab, katanya, akan terus diganggu dengan pertanyaan dari teman-temannya yang menyatakan "Kan berjilbab itu wajib?"

"Ia bahkan bisa diisolasi dalm lingkungan pertemanan," lanjut Ade Armando.

Namun, menurut Ade, perlakuan dari teman itu tidak sebanding dengan tekanan dari orangtua dan guru.

"Para pemegang otoritas itu gemar menyudutkab siswi tak berjilbab, baik dengan kata-kata halus atau bahkan kasar, misalnya dengan mempermalukan sang siswi di depan kelas," tandasnya.

Ade Armando melanjutkan ceritanya dengan cerita para siswi yang dipaksa keluar atau mengundurkan diri karena tekanan. Begitu pula dengan para pagawai yang bernasib sama.

"Tidak sedikit yang mengalami kegoncangan psikologis, trauma, ketakutan, bahkan berusaha bunuh diri," katanya.

Ade Armando lantas menceritakan bagaimana di keluarganya tidak ada paksaan berjilbab. Istrinya memakai jilbab sementara anaknya tidak.

Baginya, pakaian bukanlah ukuran keimanan seseorang.

"Karena itu, sungguh menyedihkan kalau di Indonesia ini masih bertebaran kaum berpikiran sempit yang menindas kaum perempuan tidak berjilbab," tutur Ade Armando.

Mereka ini, kata Ade, tidak memiliki pengetahuan keagamaan yang cukup sehingga percaya bahwa Tuhan akan menimpahkan azab bagi masyarakat yang mengizinkan warganya tidak berjilbab.

"Mereka bodoh. Tapi kemudian, dengan kebodohannya itu, mereka ingin mengatur kehidupan orang," pungkasnya.

Load More