Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Rabu, 31 Maret 2021 | 10:39 WIB
Sejumlah siswa mengikuti kegiatan belajar tatap muka di SDN 006 Batam Center, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (23/3/2021). ANTARA FOTO/Teguh Prihatna

SuaraBanten.id - Jelang sekolah tatap muka yang yang bakal dilakukan Juli 2021 mendatang, Juru bicara Satgas Covid-19 prof. dr. Wiku Adisasmito mengungkapkan terdapat sebanyak 94 ribu anak positif Covid-19.

Wiku mengatakan, kasus Covid-19 pada anak sebanyak 14 persen. Walau begitu, anak yang terinfeksi virus corona umumnya hanya bergejala ringan.

“Sebenarnya sekitar 14 persen kasus itu pada usia anak sekolah. Kalau kita lihat dari seluruh kasus anak sekolah ini yang banyak memang pada usia 7 sampai 12 tahun, ada 49 ribu," kata Wiku dalam konferensi pers virtual, Selasa (30/3/2021).

"Juga pada usia 16 sampai 18 tahun, ada 45 ribu lebih. Ini jadi tugas kita semua untuk menjaga mereka tetap sehat dan produktif untuk belajar,” imbuhnya.

Baca Juga: Sekolah Tatap Muka, Pemkot Balikpapan Genjot Program Vaksinasi untuk Guru

Sementara, sekolah tatap muka dipastikan akan dilakukan pada Juli 2021 mendatang.

Nantinya pembelajaran dilakukan secara terbatas, mulai dari kapasitas dalam kelas hingga kegiatan selama di sekolah.

Untuk mencegah sekolah menjadi kluster penularan virus Covid-19, pemerintah mewajibkan sekolah lebih dulu memvaksinasi seluruh tenaga pendidiknya.

Walaupun vaksinasi untuk anak usia di bawah 18 tahun belum tersedia, rencana sekolah tatap muka itu tetap mendapat dukungan dari sektor kesehatan, terutama Satgas Penanganan Covid-19.

Komorbid atau penyakit penyerta yang jadi salah satu faktor penyebab kondisi jadi buruk pada pasien Covid-19, menurut Wiku, sangat jarang ditemukan.

Baca Juga: Simulasi Sekolah Tatap Muka Sistem Hybrid di Jakarta

Sehingga, angka kematian atau case fatality rate (CFR) pada anak tergolong lebih rendah dibandingkan yang terjadi pada kelompok usia dewasa dan lansia.

Namun anak juga bisa menularkan virus. Dan yang dikhawatirkan Satgas Covid-19, jika anak-anak tersebut terpapar virus saat kegiatan belajar di sekolah atau dalam perjalanan, maka berpotensi menularkan ke dalam rumah terutama orangtuanya yang mungkin sudah memiliki kormorbid.

“Justru komorbid pada orang-orang usia lanjut dan ini adalah orangtua dari anak-anak sekolah. Maka dari itu pembukaan tatap muka yang terbatas juga harus menjaga jangan sampai anak-anak sekolah mungkin bisa tertular dalam perjalanannya menuju sekolah atau waktu kembali yang kemudian bisa menulari orangtuanya yang mungkin memiliki komorbid,” papar Wiku.

Dalam tahapan pembukaan sektor pendidikan tatap muka terbatas selama masa pandemi perlu melihat beberapa tahapan. Baik dari prakondisi, timing, prioritas koordinasi, dan monitoring evaluasi.

Wiku menyampaikan bahwa Pemerintah Daerah yang berwenang beri izin aktivitas pembelajaran terbatas itu, harus memastikan tahapan tersebut berjalan.

“Pastikan bahwa semua kondisinya siap di simulasi, mulai dari anak-anak berangkat dari rumah menuju ke sekolah, aktivitas sekolah, sampai selesai kembali lagi ke rumah. Semua proses itu harus dalam tatanan baru yang aman. Jadi produktif tapi tetap aman Covid,” pungkasnya.

Load More