SuaraBanten.id - Banten dikenal sebagai pelabuhan besar internasional pada abad 17 lalu. Pada masa itu, Banten memang merupakan salah satu tempat strategis perdagangan di nusantara.
Melansir penelusuran yang dilakukan redaksi Banten Hits (jaringan Suara.com), ada salah satu tokoh yang sangat berpengaruh hingga menjadi orang kepercayaan Sultan Ageng Tirtayasa pada masa itu.
Dalam narasi yang disampaikan Claude Guillot dalam bukunya, Banten; Sejarah dan Peradaban Abad X – XVII, ada seorang pria yang memegang peran penting dalam tata kota Banten saat pemerintahan Sultan Ageng antara tahun 1651 dan 1682 yang mana saat itu gelombang kedatangan orang Eropa ke Banten tengah tinggi.
Sosok itu adalah Kyai Ngabehi Cakradana. Tokoh yang hingga kini masih misterius ini disebutkan dalam salah satu surat sudah berumur sepuh pada tahun 1680. Dari catatan ini, ia diperkirakan berusia 50 tahun keatas saat itu.
Baca Juga: Rektor Untirta Minta Bonus Tambahan, Jokowi Langsung Janjikan Ini
Sejumlah sumber menyebut, Cakradana mengawali karirnya sebagai seorang pandai besi, pekerjaan yang jarang dilakukan orang keturunan Tionghoa di Nusantara.
Catatan dari pemimpin loji Prancis, Jean-Baptiste de Guilhen pada tahun 1682 menyebut, Cakradana adalah orang Tionghoa dan bekerja sebagai pandai besi.
Tidak hanya pandai besi, Cakradana juga dikenal sebagai syahbandar. Bahkan, dalam catatan yang sama, ia adalah syahbandar pertama yang berketurunan Tionghoa.
Cakradana sudah mendapatkan kepercayaan penuh Sultan Ageng Tirtayasa sejak pertama kali mengawali karirnya. Sumber dari penjelajah Inggris tahun 1666 menyebut, Cakradana sebagai orang yang paling disukai Sultan Ageng Tirtayasa.
Pada masa itu, aktivitas ekonomi di Banten berkembang pesat. Pembangunan juga dilakukan secara masif. Proyek-proyek besae dimulai tahun 1671 dengan pendirian kompleks permukiman pecinan yang kemungkinan besar bertujuan menampung pendukung dinasti Ming yang melarikan diri dari China.
Baca Juga: Kunjungi Banten Pakai Helikopter Super Puma, Ini Agenda Presiden Jokowi
Masih di tahun yang sama, dua jembatan batu dibangun menggunakan teknik yang asing di Pulau Jawa saat itu. Satu jembatan berada di dalam kota dan satu lainnya untuk melintas dari kota raja ke daerah niaga di Karangantu.
Berita Terkait
Tag
Terpopuler
- Marselino Ferdinan Dicoret Patrick Kluivert! Ini 3 Calon Penggantinya di Timnas Indonesia
- 17 HP Xiaomi Ini Tidak Didukung HyperOS 2.1, Ada Perangkatmu?
- Sebut Pegawai Luhut Sosok Asli di Foto Ijazah UGM, Roy Suryo: Saya Pastikan 99,9 Persen Bukan Jokowi
- 8 Kode Redeem FF Hari Ini 14 April 2025 Masih Aktif Siap Dipakai, Klaim Sekarang!
- Ini Syarat Pemutihan Pajak Kendaraan 2025, Warga Jateng Siap-siap Bebas Denda!
Pilihan
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
-
'Di Udara' Efek Rumah Kaca: Seruan Perjuangan yang Tidak Akan Pernah Mati
-
Terus Pecah Rekor! Harga Emas Antam 1 Gram Kini Dibanderol Rp1.975.000
-
Gaikindo Peringatkan Prabowo soal TKDN: Kita Tak Ingin Industri Otomotif Indonesia Ambruk!
-
Piala Dunia U-17 2025: Perlunya Tambahan Pemain Diaspora di Timnas Indonesia U-17
Terkini
-
BRI Torehkan Prestasi Internasional, Wealth Management Raih Penghargaan Euromoney
-
Ada 25 TPS Rawan di PSU Kabupaten Serang, Polisi Persiapkan Hal Ini
-
Bawaslu Kabupaten Serang Wanti-wanti Paslon Jelang PSU: Jangan Ada Pelanggaran
-
Sejarah PT Krakatau Steel yang Diinisiasi Soekarno, Pembangunannya Sempat Mangkrak
-
Korupsi Pengangkutan dan Pengelolaan Sampah, Kadis dan Kabid DLH Tangsel Jadi Tersangka