Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Rabu, 20 Januari 2021 | 14:02 WIB
Pedagang daging sapi di Pasar Lama Kota Tangerang, mengeluhkan kenaikan harga daging, Selasa (19/1/2021). [Suara.com/Muhammad Jehan Nurhakim]

SuaraBanten.id - Sejumlah pedagang daging sapi di beberapa pasar Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) gelar aksi mogok jualan mulai hari Rabu (20/1/2021).

Aksi mogok berjualan ini rencananya akan dilakukan selama tiga hari hingga hari Jumat (22/1/2021) besok.

Disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi, aksi tersebut merupakan bentuk protes kepada pemerintah atas tingginya harga daging sapi.

Lebih jauh ia menutukan, naiknya harga daging sampi sudah berlangsung sejak akhir tahun lalu. Saat ini harga daging sapi mencapai Rp130 ribu per kilogram (kg).

Baca Juga: Airin Apresiasi Produk UMKM Tangsel Diekspor ke Papua Nugini

"Ada kenaikan harga yang sangat tinggi, yang tidak sesuai logika akal sehat, yang sebenarnya sangat-sangat tidak mungkin untuk pedagang menaikkan harga sampai Rp130 ribu per kg di tengah kondisi ekonomi seperti ini," ucap Asnawi dilansir dari Batamnews, Selasa (19/1/2021).

Saat ini, lanjut Asnawi, harga daging sapi di tingkat pedagang eceran naik sampai Rp130 ribu per kg karena harga beli dari distributor meningkat sekitar Rp10 ribu sampai Rp12 ribu per kg dari harga terakhir Rp115 ribu per kg.

Dengan harga saat ini berarti harga pembelian berada di kisaran Rp125 ribu sampai Rp127 ribu per kg di tingkat distributor ke eceran.

"Dengan HPP sudah Rp127 ribu, ya seharusnya pedagang jual mulai Rp130 ribu per kg, bahkan lebih sedikit," ungkapnya.

Kenaikan harga daging tersebut faktanya tidak membuat nasib pedagang lebih baik. Ia mengklaim, para pedagang justru merugi akibat naiknya harga daging sapi.

Baca Juga: Kepala Korban Sriwijaya Air di Pantai Kis Tangerang Berambut Panjang

Penyebabnya karena tingginya harga daging sapi menurunkan minat beli masyarakat.

"Kalau harga tinggi karena permintaan naik itu untung, tapi ini rugi dan ketika sudah rugi selama ini, apa mungkin mereka harus bertahan lagi sampai dua tiga bulan ke depan? Tentu tidak," ujarnya.

Meski terdampak, ia mengaku tidak tahu alasan dibalik tingginya harga daging beberapa hari belakangan. Terlebih, stok daging sapi masih dalam jumlah normal.

Ia menduga, pemicu kenaikan daging sapi disebabkan adanya kenaikan harga daging sapi impor dari negara produsen, Australia, atau mungkin nilai produktivitas mereka berkurang.

"Bisa jadi," kata Asnawi.

Hal ini karena adanya faktor faktor persaingan dengan pengimpor lain di Asia. Permintaan daging sapi dari Australia tidak hanya datang dari Indonesia saja, melainkan juga China, Vietnam hingga malaysia.

Dengan adanya mogok jualan ini, pihaknya berharap Kementerian Perdagangan untuk melakukan intervensi agar stabilisasi harga daging sapi ada di pasar.

"Kemarin saja tahu tempe bisa didengar, ya kami harapannya juga begitu, ada intervensi juga," pungkasnya.

Load More