Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Rabu, 23 Desember 2020 | 20:15 WIB
Suasana Huntara Sumber Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, yang menjadi lokasi para korban tsunami Banten, Rabu (23/12/2020). [Suara.com/Saepulloh]

SuaraBanten.id - Dampak bencana tsunami Banten pada 22 Desember 2018 masih dirasakan oleh para korban hingga saat ini.

Banyak warga yang masih kehilangan pekerjaan setelah usaha mereka rusak diterjang dahsyatnya gelombang tsunami yang disebabkan erupsi Gunung Anak Krakatau.

Salah satunya pasangan suami istri (pasutri) Umamah dan Ade Sadikin. Sebelum diterjang tsunami, Umamah memiliki usaha pengolahan ikan. Sedangkan suaminya memiliki usaha isi ulang, alat tangkap ikan berupa bagan. Kini rumah dan tempat usahanya sudah tidak tersisa.

Umamah menyebutkan, kerugian akibat bencana itu mencapai miliaran rupiah. Sebab untuk alat isi ulang harganya mencapai Rp 1,2 miliar dan juga bagan mencapai Rp 30 juta-an. Itu belum termasuk rumah mereka yang hancur.

Baca Juga: Tsunami Sering Terjadi di Desember? Ini Data BMKG

Pasca bencana tsunami Banten, Umamah dan suaminya menetap di Hunian Sementara (Huntara) di Kampung Pasir Malang, Desa Sumber Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang.

Selama di Huntara perekonomian mereka belum pulih. Suaminya kini belum memiliki penghasilan tetap.

Untuk menyambung hidup, Umamah terpaksa menjalankan usahanya di bidang pengolahan ikan.

Ikan yang dibeli di pasar diolah Umamah dibuat otak-otak dan berbagai pepes ikan. Umamah memulai pekerjaannya dari pukul 6 pagi hingga 5 sore.

"Mulai bekerja dari jam 6 pagi selesai jam 5 sore. Karena saya bantu suami sebab suami saya lagi nganggur," ungkap Umamah saat berbincang-bincang dengan SuaraBanten.id—grup Suara.com—di Huntara Sumber Jaya, Rabu (23/12/2020).

Baca Juga: Terdampak Bencana, Cadangan Beras di Dinsos Pandeglang Habis

Saat SuaraBanten.id berkunjung, suaminya baru bekerja diajak oleh anaknya bekerja di PLTU 2 Labuan.

Sementara otak-otak dan pepes ikan yang dibuat Umamah dijual oleh saudaranya. Dari hasil penjualan itu, diakuinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Tak jarang ia meminjam uang kepada orang lain karena harus membiayai anaknya yang tengah kuliah di salah satu universitas di Kota Serang.

"Kalau di bilang cukup ya gak cukup. Kalau modalnya Rp 200 ribu saya dapat Rp 100 ribu keuntungan. Terus pakai kebutuhan sehari-hari. Di puter-puter kadang-kadang ngutang. Sebenarnya gak cukup, kecuali anak gak kuliah," lirihnya.

Bencana tsunami Banten itu, diungkapkan Umamah membuat hidupnya kembali ke titik nol. Sebab semua harta bendanya lenyap.

Kendati begitu, Umamah ikhlas dan lapang dada atas musibah yang harus ia dan keluarga derita.

Load More