Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi | Ria Rizki Nirmala Sari
Jum'at, 16 Oktober 2020 | 11:14 WIB
Gambar sebagai ilustrasi-- Prajurit Yonif Mekanis 202/Taji Malela berdiri disamping Panser Anoa yang disiagakan di Senayan City, Jakarta Selatan, Selasa (13/10/2020). [ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan]

"Ini unik. Tapi memang ini kenyataan," ucapnya.

Bagi dia, fenomena penyuka sesama jenis bukanlah hal baru. Sebab, ia juga pernah menjalankan sidang kasus LGBT di lingkungan TNI pada 2008.

Saksi ahli pada saat itu menuturkan, pelaku merasakan adanya penyimpangan setelah pulang dari operasi militer di Timor Timur.

Malah efek selama operasi berlangsung dangat berdampak pada prajurit hingga membentuk perasaan, pikiran serta mental prajurit. Bahkan, ia menyebut, saat pelaku kembali ke Makassar, ia tidak lagi menyenangi sang istri.

Baca Juga: Ada Persatuan LGBT di TNI, Ini Kata DPR

"Pulang ke home base di Makassar dia tidak menyenangi istrinya lagi, bahkan dia menjadi penyenang kaum laki-laki," ujarnya.

Ilustrasi lelaki penyuka sesama jenis. (Shutterstock)

Saat itu, Burhan tidak memberikan hukuman kepada anggota TNI tersebut namun hanya meminta agar disembuhkan. Meski sudah melihat adanya fenomena LBGT sejak lama, Burhan menilai alasannya sangat berbeda. 

Jikalau dahulu penyimpangan bisa timbul akibat psikologis yang terguncang pascaoperasi militer. Sedangkan saat ini fenomena LGBT justru meluas karena faktor lingkungan.

"Lebih diakibatkan banyaknya menonton dari WA, menonton video dan sebagainya, ini telah membentuk perilaku yang menyimpang," pungkasnya.

Baca Juga: MA: Ada Kelompok Persatuan Homoseks di Lingkungan TNI dan Polri

Load More