SuaraBanten.id - Beberapa saat lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberi sinyal Indonesia akan memasuki resesi pada kuartal ke-III tahun 2020.
"Artinya kita masih kemungkinan. Kalau belanja pemerintah diakselerasi konsumsi dan investasi belum masuk zona positif, karena aktivitas masyarakat sama sekali belum normal, secara teknikal kuartal III ini kita di zona negatif, maka resesi terjadi," kata Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Senin (7/9/2020) lalu.
Menanggapi hal ini, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memprediksi setidaknya ada 5 juta pengangguran baru bila Indonesia benar-benar masuk ke jurang resesi.
"Pertumbuhan ekonomi di minus 1,7% dan 0,6% akan meningkatkan kemiskinan dan pengangguran secara signifikan. Sekarang jumlah pengangguran kurang lebih 7 juta orang, dan akan bertambah lebih dari 5 juta," ujar Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani melansir Batamnews (jaringan Suara.com), Kamis (24/9/2020).
Terlebih, ia melanjutkan, tiap tahun ada tambahan 2,24 juta orang yang membutuhkan pekerjaan di Indonesia. Tidak hanya itu, merujuk pada data ketenagakerjaan, saat ini ada 8,14 juta yang tidak memiliki pekerjaan.
Sementara, 28,41 sisanya bekerja sebagai paruh waktu. Dengan sata ini, maka sedikitnya ada 46,3 orang di Indonesia tidak bekerja secara penuh.
"Atau 33,59%, angka ini cukup baru, dan dari data Kemenkeu, akan ada tambahan 4 juta hingga 5 juta pengangguran akibat Covid-19," ujarnya lagi.
Rosan mengklaim, penambahan jumlah pengangguran di Indonesia sangat mungkin terjadi bila resesi benar-benar terjadi pula.
Alasannya, karena sektor usaha sudah pasti turut terhambat karena para pelaku usaha melakukan efisiensi, terutama pada sektor perdagangan dan pengolahan yang biasanya menyerap tenaga kerja terbanyak.
Baca Juga: Resesi, Sandiaga Uno: Fokus Penyelamatan Ekonomi Mestinya UMKM
Ia menyampaikan, saat ini saja kedua sektor itu sudah mengalami penurunan kinerja yang cukup dalam, yakni sebesar 7,57% dan minus 6,19% pada kuartal II-2020 lalu.
Tidak hanya itu, sektor akomodasi, konsumsi hingga industri transportasi juga turut terdampak dan berpotensi menyumbang penambahan pengangguran terbesar selama resesi karena sektor itu terkontraksi 22,02% hingga 30,84%.
"Makanan dan minuman mengalami kontraksi besar, tekanan terhadap tenaga kerja sangat besar, oleh karena itu langkah-langkah ke depan dalam penciptaan lapangan kerja menjadi penting ke depannya," pungkasRosan.
Berita Terkait
-
Tol Pekanbaru-Dumai Dibuka, Riau Diingatkan Soal Resesi dan Daya Beli
-
Indonesia Dihantui Resesi Ekonomi, Apa Dampaknya Jika Terjadi?
-
Indonesia Kian Dekat dengan Resesi, Baru Pulih di 2021
-
Apa yang Harus Disiapkan jika Indonesia Resesi?
-
Ancaman Resesi, Apindo: Pengusaha di Jateng Hanya Sanggup Bertahan 2 Bulan
Terpopuler
- Pemain Keturunan Rp260,7 Miliar Bawa Kabar Baik Setelah Mauro Zijlstra Proses Naturalisasi
- 4 Link Video Syur Andini Permata Bareng Bocil Masih Diburu, Benarkah Adik Kandung?
- 41 Kode Redeem FF Terbaru 10 Juli: Ada Skin MP40, Diamond, dan Bundle Keren
- 4 Rekomendasi Sepatu Running Adidas Rp500 Ribuan, Favorit Pelari Pemula
- Eks Petinggi AFF Ramal Timnas Indonesia: Suatu Hari Tidak Ada Pemain Keturunan yang Mau Datang
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Prediksi Oxford United vs Port FC: Adu Performa Ciamik di Final Ideal Piala Presiden 2025
-
Ole Romeny Kena Tekel Paling Horor Sepanjang Kariernya, Pelatih Oxford United: Terlambat...
-
Amran Sebut Produsen Beras Oplosan Buat Daya Beli Masyarakat Lemah
-
Mentan Bongkar Borok Produsen Beras Oplosan! Wilmar, Food Station, Japfa Hingga Alfamidi Terseret?
Terkini
-
Gudang BBM di Tangerang Kebakaran Diduga Karena Dinamo Overheat, Lima Orang Jadi Korban
-
Ketua DPRD Desak Kasus Pelecehan Seksual SMAN 4 Serang Diproses Hukum: Damai Tidak Cukup!
-
Spesifikasi Khusus Nan Menarik Fujifilm XT30
-
Dinkes Serang Sebut Rawat Jalan DBD di Rumah Bisa Berujung Maut, Begini Penjelasannya
-
Upaya Damai Bisa Berujung Pidana, Pihak yang Halangi Kasus SMAN 4 Serang Terancam 5 Tahun Penjara