Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi | Yosea Arga Pramudita
Selasa, 22 September 2020 | 17:59 WIB
Manaf (60), warga yang rumahnya kebanjiran di Jalan Taman Harapan, Cawang, Jakarta Timur. (Suara.com/Arga).

Kosong Melompong

Bagi Manaf, Banjir baginya seperi rutinitas berulang, tak bahnya seperti bangun tidur, beraktivitas, kemudian tidur lagi. Di musim seperti ini, dia kembali menyelami keberulangan tersebut: hujan, air yang meluap, membersihkan sisa lumpur dan seterusnya.

Manaf bercerita, rata-rata rumah di lingkungannya memiliki dua lantai. Lantai dasar akan dibiarkan kosong melompong, dan lantai dua digunakan untuk menaruh barang-barang.

"Lantai dasar sama warga biasanya dibiarkan kosong, nah barang-barang semua dipindahin ke atas. Kadang-kadang, ada juga yang numpang sementara di rumah tetangga," ungkap Manaf.

Baca Juga: Nah Lho! Anies Disemprot Lagi karena Jakarta Banjir, Trotoar Mampet!

Rumah-rumah Kosong

Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke arah bantaran kali. Lumpur kira-kira setebal 20 sentimeter --kira-kira hampir menutupi mata kaki-- menyulitkan akses kami menuju ke sana.

Terpantau ada lima unit rumah yang sudah dibiarkan kosong oleh penghuninya. Hanya berjarak 150 meter dari bantaran Kali Ciliwung. Kaca-kaca pecah, tanpa pintu, dan lumpur bertumpuk mencapai ketinggian 35 centimenter dibiarkan begitu saja.

Manaf menuturkan, rumah-rumah itu memang sengaja ditinggalkan oleh penghuni sebelumnya. Sebab, sang empunya rumah sudah ogah berpusing ria dengan banjir yang berulang.

"Ya gini, dibiarkan begitu saja. Sama yang punya rumah sudah ditinggalin," cetus Manaf.

Baca Juga: Wagub DKI: 84 Kelurahan di Sepanjang Ciliwung Harus Bersiap-siap Banjir

Penampakan kayu balok berwarna warni yang dipakai warga di kawasan Cawang, Jakarta Timur untuk menandakan ketinggian air banjir. (Suara.com/Arga).

Rumah Hampir Seutuhnya Tenggelam

Load More