Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Selasa, 14 Juli 2020 | 21:13 WIB
Para anak yatim piatu saat ikut kegiatan santunan di Masjid Jami'atul Iqro di Kampung Laba, Desa Cikondang, Kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten, Minggu (12/7/2020). [Ist]

SuaraBanten.id - Marbot Masjid Jami Iqro di Kampung Laba, Desa Cikondang, Kecamatan Labuan, Pandeglang, Nardi menceritakan kronologi santunan bodong terhadap ribuan anak yatim piatu, Minggu (12/7/2020).

Menurut Nardi, awalnya ia didatangi oleh salah satu koordinator berinisial EJ meminta izin menggunakan masjid tersebut sebagai lokasi pembagian santunan anak yatim piatu.

Lantas Nardi menyarankan EJ lebih dulu meminta izin kepada Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dan tokoh masyarakat setempat.

Sebab dirinya tidak bisa memberikan izin begitu saja tanpa ada persetujuan dari DKM.

Baca Juga: Diduga Santunan Bodong, Ribuan Anak Yatim Piatu Telantar dan Kelaparan

"Dia minta (izin menggunakan) tempat, kata bapak izin dulu sama yang punya masjid ini. Terutama bapak Haji Sara dan Ketua DKM. Kalau diizinkan silakan, jadi jangan sampai ada kejelekan (kalau tidak izin)," kata Nardi saat ditemui SuaraBanten.id di masjid tersebut, Selasa (14/7/2020).

EJ enggan mengikuti saran Nardi. EJ menyatakan kegiatan tersebut tak memakan waktu lama.

Sementara, kata Nardi, anak yatim piatu yang datang bukan hanya dari Kecamatan Labuan saja. Dari luar juga cukup banyak.

Mulai dari Panimbang dan wilayah kecamatan lainnya. Jumlah anak yatim piatu yang datang diperkirakan lebih dari seribu orang.

"Dari pukul 9:00 WIB hingga pukul 17:00 WIB ribuan anak yatim menunggu pihak pelaksana santunan. Tapi hingga sore hari pelaksana kegiatan tidak kunjung tiba, bahkan koordinatornya juga menghilang dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya," ungkapnya.

Baca Juga: Perangkat Desa Perkosa Anak Yatim di Kuburan, Terkuak saat Mau Dilamar

Nardi, marbot Masjid Jami'atul Iqro di Kampung Laba, Desa Cikondang, Kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten saat ditemui kontributor SuaraBanten.id, Selasa (14/7/2020). [Suara.com/Saepulloh]

Parahnya, selama menunggu santunan, para anak yatim piatu itu tak diberi konsumsi oleh panitia. Tak sedikit dari mereka yang menangis.

Load More