Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Selasa, 09 Juni 2020 | 19:39 WIB
Dokter Siti Noviyanti salah satu tenaga medis yang merawat pasien Virus Corona di RSU Banten. [Suara.com/Sofyan Hadi]

SuaraBanten.id - Tenaga medis yang berjuang di garda terdepan dalam menangani kasus Covid-19 memang patut diapresiasi. Di tengah wabah Virus Corona, mereka mengorbankan waktu, pikiran, tenaga bahkan nyawa sekalipun.

Salah satunya dilakukan dr Siti Noviyanti (27) yang bekerja di Rumah Sakit Umum Banten (RSUB), salah satu rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di Kota Serang. Sudah lebih dari dua bulan, Ovi -sapaan Siti Noviyanti- bergabung dalam tim medis penanganan Covid-19 di RSUB untuk menangani pasien-pasien baik yang PDP ataupun yang positif.

Selama itu pula, dia harus melawan kejenuhan rutinitas serta rasa kekhawatiran terpapar virus asal Kota Wuhan Provinsi Hubbei, China.

Saat ditemui Kontributor Suara.com, Ovi menceritakan awal mulanya bergabung bersama tim medis penanganan Covid-19 di salah satu rumah sakit rujukan tersebut.

Baca Juga: Dokter Heru Wafat karena Corona, Tinggalkan Istri Hamil yang Juga Terpapar

"Waktu itu saya tugas di Puskesmas, ketika ada tawaran gabung di tim covid saya langsung ikut. Awal sih takut, tapi karena saya terbiasa ikut aksi kebencanaan, jadi nggak terlaku mikir aneh-aneh. Tapi keluarga juga sempat agak menolak. Saya yakinkan mereka kalau saya akan baik-baik saja. Akhirnya merekapun mengizinkan," kata Ovi saat ditemui di Kota Serang, Selasa (9/6/2020).

Diakuinya, sempat merasa risih saat kali pertama bertugas, lantaran harus menggunakan APD (alat pelindung diri) lengkap. Namun, menurutnya, justru hal itu seolah menjadi tantangan baru baginya yang memang kerap turun dalam aksi kebencanaan.

"Sekarang sih sudah biasa pakai APD lengkap. Kalau pas awal-awal tuh ngerasa ribet. Tapi karena aku orangnya suka tantangan juga, jadi nggak terlalu masalah sih," ujarnya.

Meski begitu, Ovi mengaku terbebani dengan stigma negatif masyarakat yang disematkan kepada tenaga medis penanganan Covid-19 sebagai orang yang terinfeksi. Lantaran hal itu membuat tenaga medis seperti orang yang harus dijauhi.

Kondisi tersebut menyebabkan dirinya bersama rekan-rekan tenaga kesehatan lainnya tidak bisa berinteraksi dengan dunia luar. Pun saat berolah raga pun hanya dilakukan di sekitaran hotel tempat tenaga medis RSUB menginap sebagai salah satu penawar rasa jenuh, di sela-sela kesibukan kerja.

Baca Juga: Kisah Dokter Hilmi Berjuang Sembuhkan Pasien Covid Hingga Nafas Terakhirnya

"Iya jenuh, rutinitasnya rumah sakit dan hotel, gitu aja. Paling aku olahraga disekitaran hotel, komunikasi pun lewat telepon paling. Yang paling sedih itu pas lebaran kemarin. Jadi baru kali ini aku ngucapin selamat lebaran cuma lewat voicenote (pesan suara). Jadi terasa sedih," ungkapnya.

Load More