Scroll untuk membaca artikel
Reza Gunadha
Selasa, 14 Januari 2020 | 14:16 WIB
Upaya pencarian korban longsor yang dilakukan oleh tim SAR dan anggota TNI. [Blackhouse Library]

Di kabupaten Lebak, konsentrasi pengungsi terbesar ditampung di Gedung Olah Raga Lebak Gedong dan Markas Militer di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak.

Lebih dari 650 orang warga kampung Cigobang yang selamat hingga saat ini ditampung di beberapa bangsal markas militer Sajira.

Ribuan warga kehilangan tempat tinggal mereka dan kini mengungsi di hampir 50 lokasi. [ABC Indonesia/Dicky Martias]

Bantuan dari berbagai pihak terus berdatangan, baik dari Lembaga pemerintah maupun sejumlah komunitas, seperti 'Blackhouse Library' yang membuka posko dengan mengerahkan belasan mahasiswa relawan.

Pencarian korban longsor

Baca Juga: Wakil Bupati Lebak Bela Penambang Emas Ilegal soal Banjir Bandang

Upaya pencarian korban longsor yang dilakukan oleh tim SAR dan anggota TNI. (Foto: 'Blackhouse Library')

Aam Wijaya, seorang fotographer 'Blackhouse Library' mendirikan beberapa posko dan dapur umum untuk membantu korban bencana.

Bersama belasan mahasiswa relawan, ia bolak balik menerobos hutan dan longsor dengan sepeda motornya untuk mengantar bantuan hampir setiap hari.

Hanya seminggu sekali dia pulang ke Jakarta untuk bertemu keluarganya, sekaligus mengambil bantuan kemanusiaan yang digalang Nuryl Sibly, istrinya.

Ada pula komunitas lain, yakni 'RCI Peduli' yang harus berbagi fokus, tidak hanya menyalurkan bantuan kepada korban di kabupaten Lebak, tapi juga korban banjir di Jakarta dan sekitarnya.

Baca Juga: Korban Banjir Lebak Bangun Sendiri Jembatan Darurat, ke Mana Pemerintahnya?

"Kami berusaha menggalang bantuan apa saja, dari mana saja. Hampir tiap hari kami men-share permintaan bantuan di sosial media masing-masing," ujar Vera Adoe dari RCI Peduli.

Load More