Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Kamis, 09 Januari 2020 | 12:30 WIB
Kisah Sukmariah Selamatkan Janinnya saat Banjir Bandang Lebak. (Suara.com/Deni)

Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak mendata, luas lahan pertanian yang rusak akibat banjir bandang dan longsor mencapai 897,5 hektar. Itu terdiri dari tanaman padi, jagung, singkong dan pepaya. Kepala Distanbun Lebak Dede Supriatna mengatakan, ratusan hektar lahan pertanian tersebut berada di enam kecamatan terdampak. Kondisinya rusak berat dikarenakan terendam banjir bandang dan tertimbun material longsor.

"Sekitar 890 hektar lahan pertanian padi, sisanya tanaman lain. Kami masih menghitung berapa total kerugiannya," kata Dede kepada Suara.com, Kamis (9/1/2020).

Meski kerusakan tergolong berat, akan tetapi ratusan hektar lahan tersebut masih bisa dimanfaatkan untuk pertanian. Namun memang, proses pengolahan lahan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

"Prosesnya butuh 1 sampai 2 bulan, tetapi masih bisa digunakan. Kami sedang inventarisir untuk bantuan benih kepada petani, termasuk juga mengusulkan bantuan kepada pemerintah, karena banyak sarana dan prasarana pertanian yang hilang. Seperti pompa-pompa air di pinggir sungai itu hanyut, ini sedang didata oleh bidang sarpras," papar Dede.

Baca Juga: Sedih, Ada Banyak Mobil Terseret Banjir Bandang Lebak Belum Dievakuasi

Sementara itu, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya saat mendampingi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meninjau lokasi terdampak, Selasa (7/1), mengatakan, secara bertahap pemerintah daerah akan melakukan revitalisasi dan normalisasi. Hal ini dilakukan karena kondisi lahan pertanian tertimbun lumpur di atas 60 centimeter.

"Biar bisa ditanami lagi, masyarakat bisa segera beraktivitas pertaniannya. Sehingga, target swasembada pangan yang ingin kita capai bisa terealisasi dan dilakukan peningkatan," kata Iti.

Kontributor : Deni Tarudin

Load More