SuaraBanten.id - Ratusan hektare lahan persawahan di Kabupaten Lebak Provinsi Banten terancam kekeringan karena Situ Cijoro Rangkasbitung yang mengairi lahan tersebut mengalami kekeringan akibat kemarau sejak awal Juni 2019.
Meski terancam kekeringan, beberapa petani yang sawahnya bergantung pada aliran air dari Situ Cijoro sudah memanen padinya lebih dulu.
"Kita beruntung tanaman padi bisa dipanen, meski terjadi kekeringan Situ Cijoro," kata Seorang petani di Desa Rangkasbitung Timur Samian (55)seperti dilansir Antara pada Senin (8/7/2019).
Dengan kondisi tersebut, para petani yang areal persawahannya menggantungkan pasokan air dari Situ Cijoro tidak mengalami kerugian. Saat ini, mereka petani memasuki musim panen, bahkan produksi dan produktivitas gabah cukup baik dibandingkan panen Februari 2019.
Baca Juga: Kementan: Petani yang Gagal Panen karena Kekeringan Bisa Ganti Rugi
Produktivitas panen pada Juli 2019, kata dia, rata-rata 6,0 ton gabah kering pungut (GKP)/hektare.
"Saya kira hasil produktivitas 6,0 ton GKP/hektare cukup menguntungkan pendapatan petani," katanya menjelaskan.
Menurut dia, selama ini, Situ Cijoro Rangkasbitung dapat menyumbangkan jaringan irigasi hingga ke daerah hilir sepanjang tiga kilometer. Situ Cijoro yang dibangun sejak zaman Belanda kini kerapkali mengalami kekeringan jika musim kemarau.
Padahal, sebelumnya Situ Cijoro itu belum pernah terjadi kekeringan, meskipun terjadi kemarau. Pemicu kekeringan itu, karena kawasan hulu sudah terjadi kerusakan penghijauan dengan adanya pergantian tanaman karet ke kelapa sawit.
"Dulu di kawasan hulu itu terdapat perkebunan karet,sehingga penyerapan air bawah tanah cukup baik. Namun, saat ini diganti dengan perkebunan kelapa sawit dan penyedotan air bawah tanah cukup besar dan terjadi kekeringan," katanya menjelaskan.
Baca Juga: Musim Kemarau Ekstrem, Kementan Buat Posko Mitigasi Kekeringan
Seorang petani lainnya, Ismail (60) mengaku telah memanen padi di wilayah Jaringan Irigasi Situ Cijoro seluas satu hektare. Diperkirakan panen padi cukup baik, karena tidak terserang hama penyakit maupun organisme pengganggu tanaman (OPT).
Berita Terkait
-
Tak Lagi Khawatir Kekeringan Air, Pertamina Bangun Sanitasi Air Bersih di 131 Daerah
-
Krisis Air dan Dampaknya: Ketika Pendidikan Anak Tergadai oleh Kekeringan
-
Berkat Sumur Wakaf Dompet Dhuafa dan Kybar Tani Mandiri, Kini Warga Gunung Kidul dan Bantul Tak Risau Hadapi Kemarau
-
Krisis Air Serbia Makin Parah: Bagaimana Nasib Ribuan Ternak?
-
Parah! 7 Provinsi di Indonesia Kekeringan Ekstrem, 2 Bulan Tak Diguyur Hujan
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
Pilihan
-
Bodycharge Mematikan Jadi Senjata Rahasia Timnas U-17 di Tangan Nova Arianto
-
Kami Bisa Kalah Lebih Banyak: Bellingham Ungkap Dominasi Arsenal atas Real Madrid
-
Zulkifli Hasan Temui Jokowi di Solo, Akui Ada Pembicaraan Soal Ekonomi Nasional
-
Trump Singgung Toyota Terlalu Nyaman Jualan Mobil di Amerika
-
APBN Kian Tekor, Prabowo Tarik Utang Baru Rp 250 Triliun
Terkini
-
Tolong Bupati Lebak! Ada Warga Tinggal di Gubuk Reot yang Nyaris Roboh
-
KPU Kabupaten Serang Prioritaskan Distribusi Logistik PSU ke Pulau Terluar
-
Hai Para Pemegang Saham, Jangan Lewatkan Kesempatan Dapatkan Dividen Rp31,4 Triliun dari BBRI!
-
Dukungan BRI UMKM EXPO(RT) Terhadap Karya Lokal: Perajin Mutiara Asal Lombok Jangkau Pasar Global
-
Pemprov Banten Hapus Tunggakan Pajak dan Denda Mulai Besok, Potensi PAD Berkurang Rp50 Miliar