Bambang Soesatyo: Bursa Uang Digital Bantu Ekonomi Indonesia

Kripto bisa mendorong majunya ekonomi Indonesia saat ini. Ia juga menyinggung soal dunia termasuk Indonesia yang kini menghadapi era digital.

Hairul Alwan
Sabtu, 03 September 2022 | 21:39 WIB
Bambang Soesatyo: Bursa Uang Digital Bantu Ekonomi Indonesia
Bambang Soesatyo saat mengunjungi PT. Cipta Aset Digital di Curug, Kabupaten Tangerang, Banten. (3/9/2022). [IST]

SuaraBanten.id - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyebut bursa jual beli uang digital alias kripto dapat membantu ekonomi Indonesia. Menurutnya, kripto bisa mendorong majunya ekonomi Indonesia saat ini. Ia juga menyinggung soal dunia termasuk Indonesia yang kini menghadapi era digital.

"Dunia termasuk di Indonesia sedang menghadapi masalah yang sama yaitu era digital, begitu juga nanti perdagangan transaksi menggunakan crypto currency," kata Bambang usai menghadiri peresmian PT Cipta Aset Digital di Kawasan Industri Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu, 3 september 2022.

Kata Bamsoet, dengan sumber daya yang luar biasa saat ini tumbuh 270 juta lebih dan ekonomi menjadi tumbuh terus.

Karenanya, Bamsoet menyarankan semua transaksi baik perdagangan dan lainnya didorong menjadi digital, terutama transaksi yang menggunakan mata uang digital atau kripto untuk menyongsong 4.0

Baca Juga:Azmi Abubakar Mundur dari Ketua DPW PSI Banten, Ini Alasannya

Kata Bamsoet, jika hal tersebut telah diterapkan, ia percaya penerapannya dapat membangun kembali ekonomi Indonesia setelah terhempas Pandemi Covid-19.

Bamsoet juga menyebut bila Indonesia masuk negara pasar kripto terbesar di dunia. Seharusnya hal itu menjadi peluang untuk ikut sebagai pemain utama dalam pasar kripto.

"Kita tidak bisa membiarkan hanya di pasar. kita menyambut baik adanya digital mining atau tambang digital. Kita berusaha untuk menjadi pemain terbesar, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia," ujarnya.

Ia pun memaparkan, pada tahun 2021 lalu transaksi digital kripto di Indonesia capaiannya jauh melebihi bursa saham. Karenanya, penting bagi Indonesia menghadirkan bursa kripto, sehingga bisa menarik para investor.

"Transaksi digital di tahun 2021, hampir menyentuh Rp832 triliun, melampaui transaksi di lantai bursa saham kita yang hanya sekitar Rp332 triliun dan investornya cukup besar dibandingkan pasar modal," paparnya.

Baca Juga:Resmi! Presiden Jokowi Umumkan Harga BBM Bersubsidi Pertalite Naik Jadi Rp 10 Ribu, Warga Banten: Sabar Ini Ujian

Sementara itu, selain Eksekutif Direktur PT Cipta Aset Digital Budi Sukandi mengatakan, pihaknya hadir di Kabupaten Tangerang sebagai bank digital pertama di Indonesia.

Selain itu, bila semua pabrik mining kripto miliknya sudah rampung dibangun akan menjadi bank digital terbesar di dunia.

"Saat ini bangunan yang sudah selesai dibangun ada dua, tinggal membangun empat bangunan lagi jadi total ada enam. Yang nantinya akan jadi terbesar di dunia," kata Budi.

Dalam pabrik pencetak uang digital itu penuh dengan mesin komputer yang ditancapkan VGA (Video Graphic Array) untuk menambang uang digital.

Ruangannya pun dilengkapi pendingin untuk mencegah adanya overheat pada mesin yang bekerja tujuh hari 24 jam itu.

"Iya, itu salah satu visi dan misi dari top manajemen, kita ingin menjadi leader. Dimana kita pun punya misi adalah menjadi yang terbesar di dunia," ucap dia.

Lebih lanjut, nantinya pabrik digital tersebut akan menyerap tenaga pekerja lebih banyak di kawasan Legok, Kabupaten Tangerang.

Sejauh ini, PT Cipta Aset Digital sendiri telah memperkerjakan 50-60 karyawan dan tidak menutup kemungkinan akan terus bertambah.

Menurutnya, saat ini pihaknya hanya memainkan mata uang digital Ethereum (Ether).

"PT Cipta Aset Digital ini perusahaan mining crypto, menambang beberapa koin dan yang kita lakukan adalah koin Ethereum, kedepannya dengan klasternya kita akan menambang koin yang lain. Saat ini Ether itu sekitar Rp 24 ribu satu koinnya," ungkapnya.

Diketahui, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Finder Crypto Adoption Agustus 2022, kepemilikan aset kripto warga Indonesia mencapai 29,8 juta dengan persentase tingkat kepemilikan di Indonesia mencapai 16 persen atau lebih tinggi dari rata-rata global 15 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini