Menariknya Jamang Sangsang tidak boleh dijahit menggunakan mesin jahit.
Warna putih ini melambangkan kehidupan suku Baduy yang suci dan tidak terpengaruh oleh budaya luar.
Warna ini hanya dikhususkan untuk masyarakat Baduy dalam dilengkapi dengan ikat kepala berwarna putih dan golok.
![Jaro Saija, salah satu Tetua adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes. [istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/06/23/13200-jaro-saija-salah-satu-tetua-adat-baduy-yang-juga-kepala-desa-kanekes-istimewa.jpg)
Sedangkan bagi masyarakat suku Baduy luar, mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam atau biru tua dengan motif batik, berbeda dengan suku Baduy dalam, desain baju kampret suku Baduy luar telah terpengaruh dengan budaya luar dengan terciptanya kantong dan kancing yang digunakan.
Untuk bawahan atau celana, suku Baduy menggunakan kain berwarna biru kehitaman yang dililitkan pada bagian pinggang.
Baca Juga:GAWAT! Sudah Ada 17 Kasus Covid-19 Varian Delta di Banten Hingga Jadi Sorotan WHO
Celana diikat dengan sehelai kain yang berfungsi sebagai ikat pinggang.

Baju Adat Kaum Wanita Suku Baduy
Baju adat perempuan Baduy berupa kain atau sarung berwarna biru kehitam-hitaman.
Kain yang digunakan berupa kebaya dengan motif batik yang dipakai dari tumit hingga ke dada.

Pada pakaian ini juga diselempangkan sehelai kain di bahu dihiasi dengan bros kerajinan tangan pada bagian depan kancing kebayanya.
Baca Juga:Sulah Nyanda, Rumah Adat Banten Dibangun Dengan Syarat Tak Merusak Alam
Pada bagian rambut perempuan Baduy di sanggul dengan hiasan kembang goyang berwarna keemasan.