Mereka Kelaparan karena Wabah Corona, Mencuri Beras sampai Meninggal Dunia

Senin kemarin Yuli meninggal dunia pukul 15.00 WIB.

Pebriansyah Ariefana
Selasa, 21 April 2020 | 15:35 WIB
Mereka Kelaparan karena Wabah Corona, Mencuri Beras sampai Meninggal Dunia
Atek, lelaki berusia 40 tahun warga Jalan Mawar, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Medan, Sumatera Utara, nekat mencuri satu karung beras. [Kabarmedan.com]

SuaraBanten.id - Atek dan Yuli Nur Amelia adalah korban wabah corona. Mereka melarat karena virus corona. Kisah mereka viral membuat publik mengelus dada.

Kisah pertama Atek. Lelaki berusia 40 tahun ini warga Jalan Mawar, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Medan, Sumatera Utara. Atek nekat mencuri satu karung beras ukuran 5 kilogram.

Dia nekat mencuri beras karena tak memunyai uang untuk membeli. Atek kelaparan. Dia terpaksa berhenti bekerja ketika ada wabah virus corona covid-19.

Saat tepergok melakukan aksinya, Atek sempat menjadi bulan-bulanan massa. Namun, polisi secara sigap datang dan mengamankan Atek.

Baca Juga:Sembari Menangis, Syekh Ali Jaber: Jangan Keras Kepala, Ramadhan di Rumah

Kepala Polsek Medan Baru Komisaris Polisi Martuasah Tobing, seperti dikutip Suara.com dari Kabarmedan.com, Selasa (21/4/2020), mengatakan Atek kedapatan mencuri lima kilogram beras dari satu warung di Jalan Cinta Karya, Kecamatan Medan Polonia, Medan.

Kelaparan saat corona, pria di medan nekat mencuri beras 5 kg. (Kabarmedan.com)
Kelaparan saat corona, pria di medan nekat mencuri beras 5 kg. (Kabarmedan.com)

Setelah mendapat informasi tersebut, polisi langsung menuju ke lokasi dan ternyata antara Atek dan pemilik warung sudah berdamai.

"Petugas kemudian memeriksa ke rumah Atek. Sesampainya di lokasi, petugas hanya menemukan Atek seorang diri,” kata Martuasah.

Sebab, kata dia, istri dan dan ketiga anaknya telah meninggalkan dia. Mereka lebih memilih tinggal bersama orangtua sang istri.

Tobing mengatakan, Atek kesehariannya bekerja sebagai tukang bubut. Namun, akibat penyebaran Covid-19 ini, membuat pekerjaannya terkendala pendapatannya semakin hari semakin menurun.

Baca Juga:Curhat Tunanetra saat Corona: Tak Laku Jual Kerupuk hingga Diusir Mengamen

"Dia juga mengaku pernah mendapat bantuan beras. Namun, ia lebih memilih memberikan beras itu kepada istrinya untuk keperluan makan istri dan ketiga anaknya," katanya.

Karena tidak lagi ada yang bisa dimakan dan tidak mempunyai uang untuk membeli makanan, lanjut Martuasah, maka Atek terpaksa mencuri bahan makanan itu.

"Kemudian petugas kami memberikan bantuan sekadarnya berupa satu karung beras, telur satu papan dan sejumlah uang," ujarnya.

Lain kisah, Yuli Nur Amelia. Warga Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang itu meninggal dunia, Senin (20/4/2020). Yuli Nur Amelia tak makan selama 2 hari, dia kelaparan.

Yuli Nur Amalia ibu miskin di Kota Serang saat dikunjungi Muji Rohman, Anggota DPRD Kota Serang, Sabtu, 18 April 2020.(BantenHits.com/ Mahyadi)
Yuli Nur Amalia ibu miskin di Kota Serang saat dikunjungi Muji Rohman, Anggota DPRD Kota Serang, Sabtu, 18 April 2020.(BantenHits.com/ Mahyadi)

Selama 2 hari itu Yuli Nur Amelia hanya minum air putih. Hal itu karena selama wabah Corona, suaminya yang hanya menggantungkan hidup dari menjual barang bekas tak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sebelum meninggal, perempuan berusia 42 tahun dan keluarganya itu harus menjalani hari-hari yang menyedihkan selama Banten KLB virus corona.

Saat masih hidup 2 hari lalu, Yuli menuturkan sang suami awalnya bekerja serabutan dengan penghasilan Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per hari.

“Sekarang suami diajak temannya mengangkut sampah dari perumahan,” ungkap Yuli sambil meneteskan air mata.

Wabah virus corona covid-19 membuat perekonomian keluarga Yuli semakin terpuruk. Suami yang biasanya berpenghasilan setiap hari, kini hanya bisa memberi uang dua hari sekali.

Akibatnya, Yuli dan empat anaknya harus kuat selama dua hari hanya meminum air putih untuk menahan lapar.

Sambil terus meneteskan air mata, Yuli mengisahkan perjalanan hidupnya yang terus dilanda kesulitan. Sampai-sampai, satu anaknya yang perempuan harus putus sekolah karena tidak punya biaya.

“Satu (lulus) sampai SMP saja, yang satunya SMP kelas dua berhenti (tak ada biaya),” ucapnya.

Yuli mengaku, selama anaknya bersekolah, dia terus-terus menjadi korban ledekan dan bullying karena berasal dari keluarga miskin.

“Namanya orang tidak mampu,” ungkapnya.

Namun, Senin kemarin Yuli meninggal dunia pukul 15.00 WIB.

Suami Yuli, Kholid menjelaskan pagi hari sebelumnya istrinya masih sempat berbincang di rumah. Kholid tak melihat ada tanda-tanda sakit di raut muka istrinya.

Sampai pukul 13.00 WIB, Yuli masih seperti biasa berinteraksi dengan empat anaknya sambil merapihkan bantuan dari masyarakat.

Namun sekitar pukul 14.00 WIB, ia mendapatkan kabar dari sang anak bahwa istrinya pingsan.

“Pingsan dibawa ke puskesmas pukul 15.00 tapi ya itu puskesmas bilangnya sudah tidak ada (meninggal),” katanya kepada awak media di kediamannya, Senin (20/4/2020).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini