SuaraBanten.id - Pegiat media sosial, Helmi Felis memberi kritik pedas terkait pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulam atau Ketum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya baru-baru ini.
Diketahui, Gus Yahya sempat menyatakan soal agama diperalat sebagai senjata politik untuk memperebutkan kekuasaan. Hal itu membuat Helmi Felis menyinggung pernyataan itu dengan menyebut 'Maling teriak maling'
“Zaman sekarang ini, zamannya maling teriak maling,” kata Helmi Felis, Sabtu (14/5/2022).
Helmi Felis bahkan menyebut hal itu sebagai ciri khas komunis.
“Dia yang lakukan dia yang teriak, khas komunis,” sambungnya.
Dalam cuitannya, Helmi Felis juga menyertakan berita berisi pernyataan Ketum PBNU soal agama diperalat sebagai senjata politik.
“Ketum PBNU: Agama Diperalat sebagai Senjata Politik untuk Memperebutkan Kekuasaan”.
Untuk diketahui, pernyataan Gus Yahya disampaikan saat menjadi pembicara utama dalam “Forum on Common Values among Religious Followers” di Riyadh, Arab Saudi.
Forum tersebut diprakarsai Rabithah ‘Alam Islami ini dihadiri sekira 150 orang pemimpin berbagai agama dari seluruh dunia.
Gus Yahya saat itu turut hadir dengan didampingi Wakil Ketua Umum PBNU, Habib Muhammad Hilal Al Aidid dan Ketua Lazisnu, Habib Ali Hasan Bahar.
Dalam pidatonya, Gus Yahya menyinggung jika tahun lalu yakni 2021, ia berpidato dalam International Religious Freedom Summit di Washington DC.
Gus Yahya mengaku membicarakan pentingnya mengidentifikasi nilai-nilai yang sudah dipegang bersama sebagai landasan dialog dan kerja sama antar agama.
“Dan hari ini kita berkumpul untuk keperluan itu,” katanya.
Gus Yahya lalu menyebut bahwa langkah lanjutan dari upaya tersebut adalah membangun strategi bersama untuk mentransformasikan pola pikir umat beragama.
“Masih banyak kalangan umat beragama yang memandang hubungan antaragama sebagai kompetisi politik, sehingga agama diperalat sebagai senjata politik untuk memperebutkan kekuasaan,” kata Gus Yahya.
“Pola pikir ini harus diubah karena akan merusak harmoni sosial di antara kelompok agama yang berbeda-beda dan memustahilkan kelompok-kelompok yang berbeda itu hidup berdampingan secara damai,” sambungnya.
Berita Terkait
-
Ratusan Umat Hindu Gelar Upacara Danu Kerthi di Danau Beratan
-
Duet Ayah dan Anak di Pemilu: Sah secara Hukum, tapi Etiskah?
-
Pamer Kucing-Kucing Kampung Peliharaannya, Agama Cinta Laura Terjawab
-
Ketua DPD: GKR Emas Buktikan Pena Juga Bisa Jadi Alat Perjuangan Politik
-
Kemenag Petakan 80 Pesantren Berisiko Bangunan Runtuh, Susun Aturan Baru Demi Keselamatan Santri
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
14.000 Lebih Pengunjung Padati FLOII Expo 2025: Bukti Potensi Besar Industri Tanaman Hias Indonesia
-
Cengkeh Terkontaminasi Radioaktif? Begini Penjelasan Lengkap Pemerintah Soal Kasus Lampung Selatan
-
Urban Sneaker Society 2025 JICC: Kolaborasi Kreatif Didukung BRI dan BRImo Tampilkan Produk Seru
-
Serap Aspirasi Warga, Dede Rohana Terima Aduan Soal Infrastruktur dan Truk ODOL
-
Strategi Diversifikasi Berbuah Manis, J Trust Bank Perkuat Laba dan Modal di 2025