Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Jum'at, 11 Maret 2022 | 07:40 WIB
Ustaz Abdul Somad. [Humas Unhas]

SuaraBanten.id - Ustaz Abdul Somad (UAS) baru-baru ini menjadi sorotan lantaran masuk dalam 180 daftar penceramah radikal. Meski demikian, UAS tampak tak terpengaruh dengan beredarnya daftar penceramah radikal yang menyeret namanya itu.

Menurut UAS publik harus memastikan apakah daftar yang muncul itu dibuat secara resmi atau tidak, hoaks atau bukan. Terlebih, Kementerian Agama (Kemenag) maupun BNPT sama-sama membantah sebagai pihak yang mengeluarkan daftar 180 ulama yang dianggap radikal tersebut.

Dalam kesempatan itu, UAS turut menanggapi imbauan Presiden Jokowi kepada Istri TNI-Polri agar tidak mengundang penceramah radikal. Kata dia, ibu-ibu yang mengajak ke masjid atau berkumpul mendengarkan ceramah bukanlah orang radikal.

Ustaz Abdul Somad menyebut justru ibu-ibu yang radikal itu adalah mereka yang kesulitan mencari minyak goreng dan tahu-tempe hingga rela mengantre panjang hingga berkilo-kilo meter.

Baca Juga: Soal Ciri-ciri Penceramah Radikal, PA 212 Slamet Maarif Bilang Begini

“Kalau orang mengajak ke masjid, ceramah, keadilan, itu tidak radikal,” tegasnya dalam video yang tayang di YouTube Karni Ilyas Club, dikutip dari terkini.id (Jaringan Suara.com), Kamis (10/3/2022)

“Radikal itu adalah ibu-ibu sekarang, yang radikal itu kalau ibu-ibu kesulitan mencari minyak dan tahu tempe, itu radikal loh!” tandasnya tampak bercanda.

UAS pun mewanti-wanti agar masyarakat selalu diberikan pemahaman tentang berita-berita hoax. Ditambah saat ini teknologi membuat masyarakat bisa lebih mudah menyebarkan informasi tanpa tahu kebenarannya.

Lebih lanjut, UAS mengaku bahwa ia sama sekali belum pernah melihat atau bertemu dengan ulama yang menentang atau menolak Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.

Menurutnya, sejauh ini semua rekan atau kawan-kawannya sesama ulama tidak pernah ada yang memiliki pemikiran untuk menolak Pancasila.

Baca Juga: Kritisi Ciri-Ciri Penceramah Radikal yang Dirilis BNPT, Pentolan 212: Itu Sangat Bahaya

Load More