Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Senin, 24 Mei 2021 | 09:53 WIB
Ilustrasi - Letusan Gunung Krakatau tahun 1883. [Berbeel; 1887]

Keadaan Pelabuhan Tanjung Priuk juga tidak lebih baik dari daerah lain. Seluruh Pelabuhan tergenang air, sehingga tidak berfungsi lagi.

Sebagian ketinggian air telah mencapai 20 meter.

Karena itu semua pegawai menyelamatkan diri menjauh dari keadaan yang tidak bersahabat itu. Kampung pasir di uncum Jawa (Tangerang) bahkan lenyap hingga Ketapang di Tanjung Kail. Juga daerah Sembilangan laut, Cilincing lenyap ditelan ombak.

Beberapa Pulau di Kepulauan Seribu juga lenyap dari permukaan air laut.

Baca Juga: Viral Pemotor Plat B Masuk Tol Tangerang-Merak, Warganet: Korban Maps

Selat Sunda yang biasa ramai dilayari oleh berbagai kapal, tiba-tiba berubah menjadi petaka bagi kapal-kapal yang sedang berada di perairan itu.

Sebagaimana laporan dari para nahkoda kapal yang ditujukan kepada Gubernur Jendral, menjadi saksi akan kedahsyatan letusan gunung tersebut.

Kapal tidak dapat meneruskan perjalanan maupun kembali ke tempat asal. Beberapa kapal terjebak dalam gelombang pasang yang panas, hujan abu, batu apung bahkan terkena sambaran petir.

Mereka dengan sangat terpaksa harus melakukan pendaratan secepatnya di pelabuhan-pelabuhan terdekat. Malangnya pelabuhan tersebut porak poranda karena letusan serta dihantam ombak hingga habis.

Keadaan seperti ini membuat pemerintah pusat di Batavia mengambil alih untuk memberikan pertolongan kepada korban di daerah-daerah yang terkena letusan.

Baca Juga: Sejarah Banten Gempa 9 SR dan Gunung Krakatau Meletus di Abad 17

Tapi sulit bagi pemerintah untuk memprioritaskan daerah mana yang perlu mendapatkan bantuan terlebih dahulu. Untungnya banyak pihak yang bersedia memberikan pertolongan.

Beras datang dari berbagai daerah, dokter datang dari Batavia, perbaikan transportasi, memperbaiki komunikasi di rumah-rumah penduduk, gedung-gedung pemerintah dan jalan-jalan utama.

Tercatat dalam sejarah bahwa letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 ini merupakan letusan terparah.

Sampai kini sisa-sisa letusan itu diabadikan dalam bentuk tugu peringatan di daerah Lampung Selatan.

Load More