SuaraBanten.id - Sejarah dan asal usul Jalan Kisamaun, Pasar Lama Kota Tangerang Banten. Kini Jalan Kisamaun jadi Pusat Budaya Tionghoa dan kuliner legendaris Banten.
Kota Tangerang tak hanya terkenal dengan programnya Kota layak huni, layak investasi dan layak dikunjungi. Tetapi juga terkenal sebagai pusat kuliner, Pasar Lama Tangerang juga termasuk sebagai pasar tradisional tertua.
Beragam jenis makanan dapat dijumpai dengan mudah di kawasan yang terletak di Jalan Kisamaun, Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Ternyata tempat ini kaya sejarah yang wajib ketahui terhadap nilai kebudayaan di Kota Tangerang Tercinta.
Jalan Ki Samaun merupakan kawasan perdagangan dan jasa serta kegiatan ekonomi usaha kecil dan menengah. Koridor ini terkenal sebagai pasar di pagi hingga sore hari serta pusat makanan kaki lima di malam hari.
Jalan Ki Samaun merupakan jalur utama untuk memasuki Pasar Lama dan kawasan Pecinan. Di sepanjang koridor Jalan Ki Samaun bangunan- bangunan khas pecinan sudah berubah bentuk menjadi ruko moderen.
Tetapi Pasar Lama Tangerang punya sejarah yang panjang. Pasar ini dulunya merupakan pusat perdagangan tertua di Kota Tangerang, karena kawasan ini sangat kental dengan akulturasi budaya seperti Cina, Betawi, Eropa, dan Sunda.
Menurut kitab sejarah Sunda yang berjudul Tina Layang Parahyang (catatan dari Parahyangan), keberadaan komunitas Tionghoa di Tangerang dan Batavia sudah ada setidak-tidaknya sejak 1407.
Kitab itu menceritakan tentang mendaratnya rombongan pertama dari dataran Tiongkok yang dipimpin Tjen Tjie Lung alias Halung di muara Sungai Cisadane, yang sekarang berubah nama menjadi Teluk Naga.
Mulai dari kedatangan armada Cheng Ho dengan rombongan yang terdiri dari sekitar 300 kapal jung besar dan kecil membawa hampir 30.000 pengikutnya. Sebagian dari rombongan ini yang dipimpin oleh Chen Ci Lung diyakini sebagai nenek moyang penduduk Tionghoa Tangerang (China Benteng) yang mendarat di Teluk Naga pada tahun 1407.
Di kutip dari tulisan Budi Sulistyo, Marsela Fitri Anisa mahasiswa Jurusan Teknik Planologi, Universitas Esa Unggul menyebutkan, Etnis Tionghoa di Kota Tangerang dikenal dengan sebutan Cina Benteng, istilah Cina Benteng muncul tidak terlepas dari berdirinya Benteng Makassar yang terletak di tepi Sungai Cisadane di Pusat Kota Tangerang, Kelurahan Sukasari dibangun pada zaman kolonial Belanda yang sekarang sudah rata dengan tanah.
Baca Juga: Jejak Islam di Tangerang, Makam Keramat Solear hingga Mitos Monyet Liar
Kawasan China Benteng Kota menyimpan bangunan bangunan yang bernilai sejarah, salah satunya adalah Masjid Kalipasir yang merupakan masjid tertua di Kota Tangerang dan Klenteng Boen Tek Biodibangun pada tahun 1750 yang merupakan Klenteng tertua di Kota Tangerang.
Museum Benteng Heritage yang juga sangat menarik untuk dijadikan sebagai obyek wisata sejarah, selain menyimpan bangunan-bangunan bersejarah.Di Museum ini banyak hal-hal unik di balik sejarah kehidupan etnik Tionghoa serta berbagai artefak yang menjadi saksi bisu kehidupan masa lalu.
Kota Tangerang merupakan cikal bakal produk kecap manis, di balik warna hitam legam tersebut yang menyimpan kemanisan dunia yang tiada tara yang sekarang terkenal umum di pasaran, hal ini tak lepas dari peran kaum Etnis Tionghoa (Cina Benteng) yang menetap di daerah Kota Tangerang, lewat merekalah lahir usaha-usaha produksi kecap manis yang telah eksis sejak tahun 1920.
Sedangkan jaringan jalan di Kawasan Cina Benteng terdiri dari jalan kolektor primer. Jalan kolektor primer di Kawasan Cina Benteng itu pada Jalan Ki Samaun. Jalan tersebut menggunakan pengerasan aspal dengan lebar jalan Ki Samaun sendiri yaitu 14,5 m yang terbagi menjadi 4 lajur ukuran
kendaraan roda empat.
Dari 4 lajur tersebut, 2 lajur digunakan untuk lalu lintas kendaraan dan 1 lajur hingga 2 lajur untuk parkir di badan jalan. Dengan kondisi jalan yang sempit dan padat yang disebabkan oleh kendaraan yang parkir di badan jalan sehingga menimbulkan kemacetan.
Kuliner Legendaris di Pasar Lama
Tag
Berita Terkait
-
Bidang Tata Kelola Pemerintahan, Kota Tangerang Raih Penghargaan KPK
-
Okto Maniani Kecam Aksi Rasis terhadap Yakob Sayuri, Desak PSSI Bertindak Tegas
-
Lima Laga Tanpa Kemenangan, Persita Tangerang Optimalkan Jeda Kompetisi untuk Tingkatkan Akurasi
-
Gudang Narkoba dan Senpi di Apartemen Mewah Tangerang Terbongkar, 'Koleksi' Pelaku Bikin Ngeri
-
Sadis! Komplotan Perampok di Tangsel Keroyok Korban, Disekap di Mobil Sambil Dipaksa Cari Orang
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Krisis Sampah di Tangsel, Pengamat: Perpres 109/2025 Tak Berlaku Surut
-
Jadwal KRL Rangkasbitung-Tanah Abang Senin 15 Desember 2025: Keberangkatan Pagi Anti Telat
-
Wakil Kepala BGN Sentil Pedas Mitra MBG: Semangka Setipis Tisu
-
Awas Gelombang Tinggi 2,5 Meter! Polda Banten Minta Nelayan dan Warga Pesisir Puasa Melaut Dulu
-
Pejabat Serang Dilarang Cuti dan 'Minggat' Selama Nataru, Rupanya Ini Alasan Keras Bupati