Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Selasa, 09 Februari 2021 | 15:45 WIB
ILUSTRASI-Petugas menata tabung gas LPG 3 kg sebelum pengisian ulang di agen LPG, Bandung, Jawa Barat, Kamis (7/6). (Antara)

SuaraBanten.id - Impor Liquified Petroleum Gas (LPG) diproyeksi dilakukan PT Pertamina (Persero) pada 2021 mencapai 7,2 juta metrik ton (MT), meningkat dibanding tahun 2020 sebesar 6,2 juta MT.

Impor LPG meningkat guna memenuhi permintaan subsidi dan nonsubsidi yang mengalami kenaikan.

"Impor itu kita hitung dari berapa jumlah produksi dari kilang dalam negeri. Sehingga rencananya tahun 2021, impor LPG 7,2 juta metrik ton," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.

Ia menuturkan, saat ini produksi LPG dalam negeri sekitar 995 ribu metrik ton yang berasal dari kilang domestik dan 1 juta metrik ton dari kilang Pertamina.

Baca Juga: Mau Buka Pangkalan Gas, Mahasiswi di Sleman ini Malah Ditipu

Kendati demikian, ia menyampaikan bahwa pihaknya akan terus berupaya untuk memangkas impor dengan meningkatkan produksi dalam negeri.

Ia juga menyampaikan, konsumsi LPG dalam negeri mengalami kenaikan dari semula 7,14 juta metrik ton menjadi 7,5 juta metrik ton pada 2021.

"Tahun ini kita meningkat kuotanya menjadi 7,5 juta metrik ton," ucapnya.

Disampaikan Direktur Pertamina Trading dan Komersialisasi Mas'ud Khamid, LPG subidi terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan juga target penerima PSO.

"Jadi tiap tahun ada pertumbuhan 4,5 sampai 5 persen," ucapnya.

Baca Juga: Wapres Ungkap 65 Persen Gas LPG Subsidi Dinikmati Orang Kaya

Sedangkan untuk penjualan LPG non-PSO, lanjut dia, Pertamina menargetkan dapat menjual sebesar 1,6 juta metrik ton.

Ia berharap masyarakat bisa beralih dari penggunaan LPG subdsidi ke LPG nonsubsidi agar bisa meringankan beban subsidi APBN.

Secara terpisah, Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini memproyeksikan perseroan akan memperoleh laba sekitar 1 miliar dolar AS atau Rp14 triliun per Desember 2020.

"Jadi di posisi semester I-2020 kita rugi Rp 11 triliun, pada Desember 2020 hitungan in house closing unaudited posisinya sudah membukukan laba 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp14 triliun,"ungkapnya. [Antara]

Load More