Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Jum'at, 14 Agustus 2020 | 18:23 WIB
Metode rapid test (Shutterstock)

SuaraBanten.id - Sebanyak 106 guru yang ada di Kota Serang enggan mengikuti kegiatan rapid test yang digelar Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat lantaran takut.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Serang Ratu Ani Nuraeni mengemukakan, seharusnya ada sekitar 200 guru yang wajib mengikuti rapid test pada Jumat (14/8/2020).

Namun hingga pukul 11.30 WIB, hanya ada 94 orang saja yang datang.

"Kita mendapatkan perintah dari Dindik, untuk merapid test sebanyak 200 orang. Dan berdasarkan data, baru datang sebanyak 94 orang. Berstatus kepala sekolah dan guru SD dan SMP, yang di instruksikan oleh Dindik," katanya pada Jumat (14/08/2020).

Baca Juga: Kabar Baik untuk Siswa di Serang, Sekolah Tatap Muka Dibuka pada 18 Agustus

Ratu Ani mengaku mendapatkan informasi kalau 106 guru yang tidak mengikuti rapid test karena takut.

Dinkes menyarankan agar tenaga pengajar itu mengikuti rapid test sebelum melakukan kegiatan KBM pada Selasa, 18 Agustus 2020 mendatang.

"Tadi saya mendengar dari rekan-rekan (guru) yang datang, (alasannya) takut di rapid. Bingung juga kita, kalau gurunya takut (rapid test) gimana muridnya. Sementara kegiatan belajar tatap muka, kita harus jamin gurunya itu sehat dulu," jelasnya.

Para guru yang datang diperiksa kesehatannya oleh Dinkes Kota Serang di Sanggar Kelompok Belajar (SKB) Kecamatan Cipocok untuk mengetahui kondisi kesehatannya, terutama hasil rapid testnya harus non reaktif.

Sementara, Wali Kota Serang Safrudin mengemukakan, seluruh guru diwajibkan memeriksakan kesehatannya di dinkes untuk  menjamin tenaga pengajar itu bebas dari Covid-19.

Baca Juga: Serikat Guru: Pembukaan Sekolah di Daerah Zona Kuning Tak akan Efektif

"Kegiatan belajar mengajar yang akan dibuka pada tanggal 18 Agustus. Kami berharap kepada guru di Kota Serang ini, bisa merapid test dulu gurunya. Kemudian gurunya dalam kondisi sehat, kemudian dilanjutkan dengan proses belajar mengajar tatap muka," katanya.

Dia mengemukakan, protokol kesehatan akan diterapkan sebelum dan selama proses belajar mengajar.

Seluruh siswa dan guru wajib mencuci tangan, menggunakan sanitizer, menjaga jarak tempat duduk siswa, memakai masker hingga mengecek suhu tubuh.

Jika dalam kegiatan KBM ada siswa maupun guru yang positif Covid-19, maka sekolah tersebut akan ditutup kembali dan kegiatan belajar mengajar dihentikan.

"Kalau (siswa) sampai ada yang kena (positif Covid-19), tidak diharuskan untuk sekolah, kemudian diobati. Jika ada penularan di satu sekolah, satu lingkungan ini, maka kita akan tutup kembali," jelasnya.

Kontributor : Yandhi Deslatama

Load More