Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Jum'at, 12 Juni 2020 | 16:16 WIB
Jahrani hanya bisa pasrah di atas dipan rumahnya. [Suara.com/Yandhi Deslatama]

SuaraBanten.id - Hidup di tengah kondisi yang sulit, apalagi di masa Pandemi Covid-19 tentunya membuat kehidupan lansia menjadi berat. Kenyataan itu pula yang dialami Jahrani, pria berumur 74 tahun yang tinggal seorang diri di rumah yang berada di Kampung Priuk RT 05/RW 010 Desa Singamerta Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang.

Meski demikian, Jahrani kini hanya bisa merangkang. Pun jika ingin bergerak untuk beraktivitas, diakuinya cukup sulit.

Kondisi Jahrani saat ini, tak terlepas dari peristiwa kecelakaan yang terjadi beberapa tahun silam dan membuat pinggul kanannya cedera, karena tertabrak motor. Sehingga, kini dia tak lagi kuat untuk beraktivitas normal.

Saat masih sehat dan kuat, Jahrani berjualan cobek atau ulekan dari batu.

Baca Juga: Kelaparan Akibat Pandemi Corona, 1000 Merpati Mati di Masjid Biru

"Pertamanya itu sakit, jualan cobek gitu yah, ketabrak motor. Tapi enggak tanggung jawab yang nabraknya itu, sudah lama, tiga tahunan. Pas mau dipijat enggak Mang Jahrani-nya tuh, tapi berobat mah berobat, pulang ajah udah," kata keponakan Jahrani Bakriah (40) saat ditemui pada Jumat (12/06/2020).

Untuk buang air besar dan kecil, Jahrani tidak bisa ke kamar mandi sendiri. Dia melakukan aktifitasnya di atas kasur. Setiap hari ada dua orang yang mengurusnya secara bergantian, yakni Santijah (60) dan Bakriah (40).

Keduanya pun membagi tugas, Bakriah bertugas memasak dan memberi makan Jahrani. Sedangkan Santijah membersihkan tinja, rumah dan memandikan kakaknya.

"Emang tinggal sendirian di sini mah, enggak mau ditemenin. Saudara banyak di sekitar sini, diurusin juga sama keluarga, sama warga, gantian aja. Tapi yang tiap hari teteh (Bakriah) sama nenek ini (Santijah)," jelasnya.

Selain itu, kondisi penglihatan dan pendengaran yang sudah merosot semakin membuat kondisinya mengenaskan. Diakuinya, sejak memasuki masa pandemi, para tetangga yang biasanya memberikan makanan juga mulai jarang datang.

Baca Juga: Takut Tes Corona, Wanita yang Ngumpet di Atap GOR Ciracas Kelaparan

Dalam kondisi lapar dan seringkali terbaring di kasur tua, kakek Sarani mengganjal perut dengan kapuk dari bantal dan kasurnya yang usang untuk menghilangkan rasa lapar.

Santijah mengaku sebenarnya sang kakaknya mendapat bantuan Jaring Pengaman Sosial (JPS) dari Pemrov sebesar Rp 500 ribu, namun tidak bisa diambil.

"Dapat Bantuan Corona mah, Rp 500 ribu. Lagi bikin surat kuasa dulu biar bisa diambil," kata Santijah.

Untuk diketahui, Kisah Kakek Jahrani awalnya diunggah oleh akun Facebook Sopia Imaliawati. Namun postingannya telah dihapus oleh pemilik akun.

Kontributor : Yandhi Deslatama

Load More