Scroll untuk membaca artikel
Reza Gunadha
Senin, 20 April 2020 | 13:33 WIB
Yuli Nur Amalia ibu miskin di Kota Serang saat dikunjungi Muji Rohman, Anggota DPRD Kota Serang, Sabtu, 18 April 2020.[BantenHits.com/ Mahyadi]

SuaraBanten.id - Banyak orang memanfaatkan waktu berkumpul bersama keluarga di rumah ketika virus corona covid-19 mewabah,  dengan dipenuhi canda tawa, menonton banyak acara sembari memakan camilan.

Namun, hal itu tak terjadi pada Yuli Nur Amelia, suami, dan keempat anaknya di Serang, Banten.

Perempuan berusia 42 tahun dan keluarganya itu harus menjalani hari-hari yang menyedihkan selama Banten KLB virus corona.

Yuli dan keluarga yang selama ini hanya bergantung dari penghasilan suami mengangkut sampah ini, harus bisa menahan lapar selama dua hari.

Baca Juga: Kelaparan Saat Corona, Janda Miskin di Pekanbaru Cuma Makan Nasi Lauk Cabai

Itu karena sang suami tak memunyai penghasilan apa pun karena wabah corona. Selama dua hari itu pula, mereka hanya mengisi perut dengan air putih.

Saat ditemui Muji Rohman, anggota DPRD Kota Serang, di rumah reotnya di Kelurahan Lontarbaru, Kecamatan Serang, Kota serang, Sabtu, 18 April 2020, Yuli tak henti-hentinya menangis.

Di hadapan wakil rakyat itu, Yuli menuturkan, sang suami awalnya bekerja serabutan dengan penghasilan Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per hari.

“Sekarang suami diajak temannya mengangkut sampah dari perumahan,” ungkap Yuli sambil meneteskan air mata.

Wabah virus corona covid-19 membuat perekonomian keluarga Yuli semakin terpuruk. Suami yang biasanya berpenghasilan setiap hari, kini hanya bisa memberi uang dua hari sekali.

Baca Juga: Ada Andil Hotman Paris, Warga Kelaparan di Batam Akhirnya Dapat Bantuan

Akibatnya, Yuli dan empat anaknya harus kuat selama dua hari hanya meminum air putih untuk menahan lapar.

“Semenjak ada Corona ini sebelumnya buat beli beras cukup. Sejak ada acorona ini kurang, ia dua hari tidak makan lemas. Alhamdulillah Jumat lalu ada bantuan,” jelasnya, seperti disadur Suara.com dari Bantenhits.com, Senin (20/4/2020).

Anak Putus Sekolah karena Biaya

Sambil terus meneteskan air mata, Yuli Yulo mengisahkan perjalanan hidupnya yang terus dilanda kesulitan.

Sampai-sampai, satu anaknya yang perempuan harus putus sekolah karena tidak punya biaya.

“Satu (lulus) sampai SMP saja, yang satunya SMP kelas dua berhenti (tak ada biaya),” ucapnya.

Yuli mengaku, selama anaknya bersekolah, dia terus-terus menjadi korban ledekan dan bullying karena berasal dari keluarga miskin.

“Namanya orang tidak mampu,” ungkapnya.

Saat dikunjungi Muji, Yuli memperoleh bantuan bahan makanan dan uang. Bantuan tersebut akan digunakan untuk berobat anaknya yang sudah dua hari sakit panas.

“Alhamdulillah buat berobat anak lagi sakit,” ucapnya.

Sementara itu Muji Rohman mengaku prihatin terhadap adanya kejadian satu keluarga di Kota Serang yang tidak makan selama dua hari karena perekonomian keluarga menurun dratis sejak adanya virus corona covid-19.

“Awalnya dapat informasi dari Facebook, saya bergabung dan menanyakan alamatnya. Awalnya tidak tau (ada kondisi warga miskin),” katanya kepada awak media di lokasi.

Muji mengatakan, Pemkot Serang saat ini baru melakukan pendataan masyarakat yang terdampak virus corona covid-19.

“Sebagai DPRD sangat kecewa dengan (kondisi) seperti ini ya, kalau pendataan padahal ada di Pemkot, misalnya kalau tidak terdata ya bisanya langsung, kalau tidak kebagian ya bagiin saja segera,” jelasnya.

Berkaca dari kondisi Yuli, lanjutnya, Pemkot Serang harus tanggap karena saat ini sudah banyak masyarakat yang merasakan dampak kondisi seperti ini.

“Saya terus lakukan kawan dewan juga mungkin sudah sering, kegiatan saat ini saya kira kegiatan mulia, saya lakukan sesuai dengan kemampuan saya,” paparnya.

Terkait pendidikan anak Yuli yang terhenti, Muji janji akan memberikan sekolah untuk anak tersebut.

“Ya tadi saya sudah sampaikan jika sudah terlambat sekolahnya mungkin bisa dilanjutkan ke sekolah paket."

Load More