Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 13 April 2020 | 04:45 WIB
Suasana Huntara Korban Tsunami di Citanggok Pandeglang ditengah wabah Covid-19. [Suara.com/Saepulloh]

SuaraBanten.id - Sudah jatuh tertimpa tangga. Pepatah tersebut tampaknya cukup mewakili perasaan yang dialami ratusan korban Tsunami Banten yang hingga kini masih menetap di Hunian Sementara (Huntara) Citanggok, Desa Teluk, Kecamatan Labuhan Kabupaten Pandeglang.

Dalam kurun waktu 1,5 perekonomian penghuni hutap pun masih belum bisa bangkit setelah tertimpa musibah. Pun, kini mereka kembali menelan pil pahit lantaran terimbas dampak Virus Corona yang beberapa waktu terakhir makin mengganas.

Bagi sebagian besar warga huntara yang bekerja sebagai pedagang di tempat wisata pun sudah tidak bisa berjualan karena obyek wisata ditutup hingga batas waktu yang belum ditentukan. Kondisi serupa juga dialami warga lainnya.

Untuk beralih pekerjaan lain pun sulit didapat, sedangkan bantuan dari pemerintah sudah lama tak mengalir, kini mereka menggantungkan diri pada donatur yang sesekali memberikan bantuan. Sementara itu, mereka juga rentan terpapar virus tersebut karena lingkungan yang mereka tempati sulit meberlakukan jaga jarak aman atau physical distancing.

Baca Juga: Miris, Cerita Korban Tsunami Banten Terserang Stroke di Huntara Sumur

Seorang warga Huntara Citanggok Jamal (32) mengaku, pasca mewabahnya Virus Corona mulai dirasakan dampaknya terhadap perekonomian warga.

"Perekonomian warga Huntara ataupun yang lain itu sudah menurun drastis dari segi penghasilan atau pendapatan. Terus yang biasa berjualan, 90 persen mati tidak bisa berjualan, karena yang biasa jualan di pantai nggak bisa karena ditutup, yang usaha di tempat penziarahan nggak bisa karena ditutup. Yang biasanya ke sana kemari sudah sepi, karena takut dan juga ada imbauan dari pemerintah seperti jangan berkerumun," katanya kepada Suara.com pada Minggu (12/4/2020).

Kini, Jamal dan warga lain hanya bisa pasrah. Dia berharap, kondisi bisa cepat normal kembali. Jamal juga mengaku khawatiran, karena selama wabah Corona melanda tidak ada pemeriksaan kesehatan oleh pemkab setempat.

"Khawatir (tertular Virus Corona) pasti ada karena dampaknya seperti ini, khawatirnya juga kita tidak tahu siapa-siapa yang terkena dikarenakan tidak pemeriksaan kesehatan di huntara ini , kita nggak tahu orang mana yang terkena penyakit,"ujarnya.

Ketua Huntara Citanggok Carkim juga mengalami kekhawatiran serupa. Dia bahkan meminta kepada pemkab untuk mengecek kesehatan warga huntara yang pernah dilakukan secara rutin beberapa bulan silam. Meski begitu, sejauh ini baru ada penyemprotan disinfektan yang dilakukan oleh relawan Covid-19 dari Desa Teluk.

Baca Juga: Kisah Korban Tsunami Banten Terserang Stroke di Huntara Sumur

"Takut wabah itu menyebar kalau ada Tim dari kesehatan itu kan enak untuk mencegah supaya virus Corona gak datang ke sini," katanya.

Carkim mengakui, warga Huntara sulit melakukan physical distancing untuk mencegah penularan Covid-19. Sebab Huntara yang dibangun pemerintah letaknya berdampingan.

"Mau jaga jarak ke mana orang rumahnya berdekatan, bagaimana mau berjauhan karena rumah berjajar kaya kompleks," keluhnya.

Kontributor : Saepulloh

Load More