"Orang-orang itu pada lari, tapi saya lari melawan ombak menuju ke rumah untuk menolong istri dan anak. Setelah sampai lokasi, rumah saya sudah tak ada. Setelah mencari anak istri. Ternyata di dalam puing-puing reruntuhan. Bahkan istri itu tak sadar, kalau tak ketemu Siti, mungkin istri saya tak ketemu," kenang Riyadi.
Keluarga Riyadi masih bernasib baik tak seperti ratusan korban tsunami yang tewas. Ia, istri dan anak perempuannya hanya mengalami luka-luka dan mendapatkan pertolongan setelah dibawa ke salah satu klinik di Kecamatan Menes.
"Kalau luka banyak, di kaki dan perut. Kalau Siti badannya biru karena terbentur kayu, kepalanya bolong. Saya larikan ke setiap rumah sakit penuh. Saya dapat bantuan rumah sakit itu pertama di Diva sekitar jam dua malam," kata Riyadi.
Setelah mendapatkan penanganan medis ia sempat kebingungan untuk mencari tempat tinggal, hingga ia mengungsi di rumah warga kurang dari tiga bulan, sembari menunggu Huntara yang dibuatkan pemerintah rampung.
Baca Juga: Trauma Tsunami Banten, Ifan Seventeen Masih Takut Dengar Sirine Ambulans
Menurutnya, tak ada pilihan selain tinggal di Huntara. Karena selain tidak punya tempat tinggal, juga mengikuti saran dari pemerintah supaya tidak tinggal di daerah zona merah bencana.
Para korban tsunami yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan beralih profesi karena alat tangkap mereka hancur. Selama itu pula, perekonomian mereka belum pulih total.
"Makanya selama satu tahun ini, di bilang enak, ya gak enak. Gak enaknya karena kita gak punya tempat tinggal dan perekonomian belum stabil," katanya.
"Kalau betahnya tinggal di Huntara karena keadaan, kita harus ke mana lagi, karena kita gak ada tempat lagi. Yang terpaksa kita harus mengikuti untuk tinggal di sini,"imbuhnya.
Cerita manis dan pahit pun telah mereka rasa selama hampir setahun tinggal di Huntara. Bahkan, cerita horor pun mewarnai kisah mereka selama di Huntara, lantaran kerap mendengar suara kuntilanak dan melihat mahluk halus.
Baca Juga: Tinggi Air Laut Tak Signifikan, BMKG Belum Cabut Peringatan Tsunami Banten
"Kejadiannya udah lama, seperti cerita horor. Ya kaya begitu (ada suara kuntilanak) kadang-kadang suka lihat (mahluk halus). Biasa saja gak ada yang takut, kita sadar saja karena beda alam, mungkin yang kita tempati ini tempat mereka dulunya," ungkapnya.
Berita Terkait
-
Jelang Musim Hujan dan Natal, Pemerintah Segera Bangun Huntara Bagi Korban Erupsi Lewutobi
-
PLN Terus Alirkan Listrik di 332 Huntara Bagi Warga Korban Gempa Cianjur
-
Tragedi Tsunami yang Menewaskan Istrinya Jadi Bahan Ejekan, Ifan Seventeen Ngamuk Ajak Ketemu Orang Ini
-
Tragedi Tsunami Band Seventeen Jadi Bahan Ejekan, Warganet Ini Siap-Siap Dipolisikan
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Rekrutmen Guru Sekolah Rakyat Sudah Dibuka? Simak Syarat dan Kualifikasinya
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
Pilihan
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB, Terbaik untuk April 2025
Terkini
-
Hari Pertama Pembebasan Tunggakan Pajak dan Denda di Samsat Cikande, Petugas Kurang Persiapan
-
Samsat Kota Serang Diserbu Warga, Antre Sejak Subuh Demi Bebas Tunggakan Pajak dan Denda
-
Curhat Warga Serang Pemilik Corolla DX 1980 Bayar Pajak Rp982 Ribu, Padahal Nunggak 9 Tahun
-
Dari Korea, Amerika, ke Nigeria: Kisah Sukses Parfum dari Sidoarjo Didukung BRI UMKM EXPO(RT) 2025
-
Tolong Bupati Lebak! Ada Warga Tinggal di Gubuk Reot yang Nyaris Roboh