Scroll untuk membaca artikel
Bangun Santoso
Minggu, 22 Desember 2019 | 13:27 WIB
Suasana Huntara korban tsunami Banten. (Suara.com/Saepulloh)

Para korban tsunami yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan beralih profesi karena alat tangkap mereka hancur. Selama itu pula, perekonomian mereka belum pulih total.

"Makanya selama satu tahun ini, di bilang enak, ya gak enak. Gak enaknya karena kita gak punya tempat tinggal dan perekonomian belum stabil," katanya.

"Kalau betahnya tinggal di Huntara karena keadaan, kita harus ke mana lagi, karena kita gak ada tempat lagi. Yang terpaksa kita harus mengikuti untuk tinggal di sini,"imbuhnya.

Cerita manis dan pahit pun telah mereka rasa selama hampir setahun tinggal di Huntara. Bahkan, cerita horor pun mewarnai kisah mereka selama di Huntara, lantaran kerap mendengar suara kuntilanak dan melihat mahluk halus.

Baca Juga: Trauma Tsunami Banten, Ifan Seventeen Masih Takut Dengar Sirine Ambulans

"Kejadiannya udah lama, seperti cerita horor. Ya kaya begitu (ada suara kuntilanak) kadang-kadang suka lihat (mahluk halus). Biasa saja gak ada yang takut, kita sadar saja karena beda alam, mungkin yang kita tempati ini tempat mereka dulunya," ungkapnya.

Riyadi tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah serta masyarakat luas atas sumbangan yang diterima.

Kendati demikian, ia berharap agar pemerintah supaya segera menempatkan mereka di tempat yang lebih layak yakni di hunian tetap atau huntap sebagaimana telah dijanjikan pemerintah.

Pantauan di lokasi, fasilitas umum di Huntara tersebut tampak memadai. Mulai dari kamar mandi, musala dan sarana lainnya. Kegiatan keagamaan serta kegiatan mengaji bagi anak-anak yang tinggal di Huntara juga terbilang aktif.

Kontributor : Saepulloh

Baca Juga: Tinggi Air Laut Tak Signifikan, BMKG Belum Cabut Peringatan Tsunami Banten

Load More