SuaraBanten.id - Situasi pandemi COVID-19 tidak menyurutkan keinginan dari produsen otomotif global untuk memberikan produk berbaik bagi konsumen, sekaligus menciptakan langkah-langkah strategis untuk pemasaran kendaraan di masa depan. Seperti yang dilakukan Fiat Chrysler Automobiles NV dan PSA Group.
Dikutip kanal otomotif Suara.com, jaringan SuaraBanten.id, dari Bloomberg, Peugeot Société Anonyme (PSA) Group dan Fiat Chrysler Automobiles (FCA) membentuk sebuah perusahaan bernama Stellantis. Dengan penggabungan ini, maka bidang usaha mereka akan menjadi perusahaan mobil terbesar keempat di dunia.
Para eksekutif Fiat Chrysler dan PSA berpendapat bahwa mereka akan meningkatkan pendapatan dengan skala mendekati Volkswagen AG dan Toyota Motor Corporation, dan memiliki sumber daya yang lebih besar untuk bersaing sebagai produsen mobil listrik pemula, ditambah kemampuan alih teknologi.
"Stellantis akan menjadi semacam konglomerat merek, beberapa hebat dan beberapa tidak begitu baik dan paling regional. Penggabungan akan menjadi peluang bagus untuk mencari posisi kembali di pasar," kata analis Jefferies Philippe Houchois, sebagaimana diungkapkan kepada Bloomberg.
Baca Juga:Fiat Chrysler Automobiles Investasikan Rp2,8 Triliun di Polandia
![Fiat Chrysler Automobiles (FCA). [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/02/27/23205-fiat-chrysler-automobiles.jpg)
Menarik adalah pandangan Carlos Tavares, Chief Executive Officer (CEO) PSA dengan latar belakang pereli amatir yang ditunjuk memberi komando Stellantis. Ia menggunakan pendekatan Teori Darwin yaitu, "Hanya pembuat mobil kuat yang akan bertahan dalam perang produksi mobil listrik serta fitur swakemudi."
Yang perlu digarisbawahi adalah fakta bahwa menjadi lebih besar belum tentu cepat menuai hasil.
Ambil contohnya Tesla Incorporation. Sebagai produsen mobil listrik ia berjaya, dibandingkan Volkswagen. Simak pula General Motors yang telah mengurangi penetrasi pasar berbagai negara dan kini fokus di kawasan Amerika Utara serta China. Belum lagi Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi yang mesti melakukan restrukturisasi setelah merugi besar-besaran.