Produksi jagung tahun ke tahun di daerah ini cenderung meningkat, karena adanya bantuan pemerintah guna mendukung swasembada pangan dan peningkatan ekonomi petani.
Mereka para petani itu mendapatkan bantuan benih jagung Hibrida dan pupuk bersubsidi melalui program padi, jagung dan kedelai atau pajale.
"Kita memperkirakan biaya produksi pertanian jagung seluas satu hektare dapat menghabiskan modal sekitar Rp4,5 juta/hektare," terangnya.
Ia mengatakan, kebanyakan para petani jagung itu menanam dengan sistem tumpang sari di lahan milik Perkebunan dan Perum Perhutani.
Baca Juga:Pemkab Lebak Sosialisasikan Bebas Kantong Plastik di Pasar Tradisional
Selama ini, sentra jagung terbesar di Kabupaten Lebak antara lain Gunung Kencana, Leuwidamar, Cileles dan Cimarga.
"Sekarang banyak petani menggeluti usaha budi daya tanaman jagung, karena sangat menguntungkan itu," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Desa Bulakan Kecamatan Gunungkencana Kabupaten Lebak Wawan mengaku bahwa warga di desanya itu sebagian besar menjadi petani jagung dengan memanfaatkan lahan milik Perum Perhutani.
Diperkirakan seluas 1.000 hektare lahan tersebut digarap masyarakat untuk ditanami jagung.
Saat ini, dirinya kini panen seluas dua hektare dan bisa menghasilkan pendapatan Rp32 juta dengan produktivitas 4 ton/hektare dan ditampung harga Rp4.000/Kg.
Baca Juga:Diduga Rem Blong, Truk Trailer Tabrak Kios Buah Hingga Hancur
"Kami panen jagung selama tiga bulan dengan dua kali musim panen di lahan milik Perum Perhutani," kata Wawan yang juga Kepala Desa Bulakan Kabupaten Lebak. Antara