Krisis Air, Korban Banjir Lebak Pakai Air Sungai untuk Wudhu, Mandi dan BAB

Sungai itu keruh karena bekas banjir bandang.

Pebriansyah Ariefana
Kamis, 06 Februari 2020 | 11:48 WIB
Krisis Air, Korban Banjir Lebak Pakai Air Sungai untuk Wudhu, Mandi dan BAB
Korban Banjir bandang di Lebak. (Antara)

SuaraBanten.id - Korban banjir di Lebak, Banten sangat menderita. Mereka kekurangan air bersih. Bahkan mereka terpaksa menggunakan air sungai keruh untuk berwudhu sampai buang air besar.

Para pengungsi ada di Kampung Seupang, Desa Pajagan, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Mereka membutuhkan sarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci dan kakus (MCK) dan keperluan wudhu untuk melaksanakan ibadah salat.

"Kami pasca-bencana banjir bandang dan longsor tinggal di tenda pengungsian merasa kesulitan untuk mendapatkan pasokan air bersih," kata Aminah, seorang warga Kampung Seupang Kabupaten Lebak, Kamis (6/2/2020).

Masyarakat yang tinggal di tenda pengungsian hingga kini kesulitan untuk mendapatkan air bersih untuk keperluan MCK dan wudhu. Sebab, pasokan air bersih dari sumur bor yang dibangun para sukarelawan hanya dua unit.

Baca Juga:Korban Banjir Lebak Menderita, Bupati Janji Akan Relokasi

Saat ini, kata dia, warga yang tinggal di tenda pengungsian sebanyak 290 jiwa dengan 70 kepala keluarga. Kesulitan air bersih tersebut tentu menjadikan beban bagi warga pengungsian karena khawatir menimbulkan berbagai serangan penyakit.

"Semua warga di sini yang tinggal di tenda pengungsian dari Kampung Seupang yang luluh lantak diterjang banjir bandang hingga 39 rumah hanyut dan rusak berat," katanya.

Menurut dia, akibat kesulitan air bersih terpaksa sebagian warga pengungsi mencari air ke areal persawahan maupun aliran sungai untuk kebutuhan MCK dan wudhu. Saat ini, kondisi air persawahan maupun Sungai Ciberang berwarna kecokelatan pasca bencana banjir bandang.

"Kami berharap sukarelawan maupun pemerintah daerah dapat membangun kembali sumur bor sehingga dapat memenuhi ketersedian air bersih," kata Aminah.

Begitu juga warga pengungsi lainnya, Hartini mengaku bahwa dirinya sejak tinggal di pengungsian empat pekan terakhir sangat kesulitan untuk mendapatkan air bersih, bahkan harus mengantre berjam-jam.

Baca Juga:Hidup Korban Banjir Lebak Terseok-seok, Makanan Menipis, Berharap Bantuan

Pasokan air bersih dari sumur bor yang dibangun sukarelawan relatif terbatas sehingga warga pengungsi harus mencari air ke sungai.

Apalagi, jika jaringan listrik itu padam maka sumur bor tidak beroperasi untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga pengungsi.

"Kami minta sukarelawan dan dermawan dapat memasang 'jet pump' kembali sehingga dapat memenuhi kebutuhan air bersih. Idealnya ada lima unit sumur bor 'jet pump'," katanya.

Sementara itu, Bubun, seorang penanggung jawab pengungsi Kampung Seupang mengatakan saat ini masyarakat yang tinggal di 50 tenda sangat mendambakan pasokan air bersih dengan membangun pemasangan sumur bor.

Saat ini, pemasangan sumur bor yang dibangun sukarelawan hanya dua unit, sehingga warga pengungsi mengalami kekurangan persediaan air bersih untuk keperluan MCK dan lainnya.

"Kami sebagai warga pengungsi tentu tidak mampu membangun pemasangan jetpump karena harta benda yang ada hanyut diterjang banjir bandang awal tahun 2020 itu," demikian Bubun. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini