SuaraBanten.id - Bupati Pandeglang Irna Narulita mengakui pernah melarang Nining, guru honorer SD Negeri 3 Karya Buana, yang bersama suaminya, Eby, tinggal di toilet sekolah tersebut.
Namun, kata Irna, keduanya berkukuh menempati toilet yang sebagian disekat sebagai rumah mereka, sembari membuka warung untuk tambahan pemasukan suami istri tersebut.
"Kan memang di sana sambil (buka warung) ngopi, sambil ngewarung (jual jajanan anak sekolah), sehingga mungkin lebih nyaman di situ," kata Irna Narulita saat dikonfirmasi melalui sambungan selulernya oleh awak media, Senin (14/07/2019).
Irna mengaku kaget terhadap ramainya pemberitaan bertajuk 'Guru Honorer Tinggal Di WC Sekolah'. Istri dari politikus Dimyati Natakusumah ini mengaku, telah memarahi camat Cigeulis maupun kepala sekolah.
Baca Juga:Nining 15 Tahun Jadi Guru Honorer, Diupah Rp 350 Ribu, Tinggal di WC
"Jangan lengah camat, seperti ini usulkan segera perhatikan. Kan sampai ada beritanya, saya malu,” kata dia.
Sang bupati mengaku selama masa kepemimpinannya, telah membangun Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) sebanyak 4.700 unit.
Sedangkan Nining dan Eby, tidak pernah masuk ke dalam daftar warga penerima bantuan Rutilahu tersebut.
Karenanya Irna mengklaim, telah memerintahkan jajarannya di Pemkab Pandeglang untuk urunan membangun rumah bagi Nining dan Eby. Para pejabat di Kabupaten Pandeglang telah dimintakan sumbangan olehnya.
"Minggu ini kami urunan terkumpul Rp 7 juta atau Rp 10 juta kita perbaiki rumahnya. Kami patungan semua, kepala dinas patungan," jelasnya.
Baca Juga:Jerih Payah Guru Honorer Tinggal di WC: Bergelar S1 Tapi Gagal Jadi PNS
Untuk diketahui, Nining sudah 15 tahun menjadi guru honorer di sekolah tersebut. Sejak 2 tahun lalu, persisnya ketika rumahnya roboh, ia bersama sang suami menempati toilet sekolah yang sudah disekat menjadi rumah.
Nining mengakui tak memunyai uang untuk membangun kembali rumahnya yang roboh. Ia hanya bergaji Rp 350 ribu per bulan yang dibayar per tiga bulan. Sementara Eby hanya buruh serabutan.
Ia menuturkan, lebih mementingkan menyekolahkan anaknya ketimbang mengumpulkan uang guna membangun kembali rumah.
Kontributor : Yandhi Deslatama