Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Senin, 27 Desember 2021 | 11:55 WIB
Anggota Orang Muda Katolik (OMK) merangkai pohon natal dari masker di Geraja Centrum Stela Maris Danga, Kabupaten Nagekeo, NTT, Kamis (23/12/2021). ANTARA FOTO/Ignas Kunda

SuaraBanten.id - Seiring berjalannya waktu, merupakan hal wajar jikalau beberapa perubahan turut terjadi untuk menyesuaikan. Begitu pula yang tampaknya kini tengah terjadi di Arab Saudi, di mana peraturan-peraturan mulai sedikit dilonggarkan.

Salah satunya terkait hal-hal yang dulunya tak memungkinkan di sana, misalnya saja pemutaran film di bioskop, perayaan Halloween hingga Natal, dan sebagainya.

Sepertu halnya juga baru-baru ini, yaitu ketika warga Arab Saudi dihebohkan dengan kemunculan pohon Natal yang beberapa di antaranya dihargai sekitar 3.000 dolar yang tersebar di seluruh Kerajaan. Hal tersebut ternyata dikarenakan pihak Kerajaan di bawah Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah melegalkan perayaan hari besar tersebut untuk para ekspatriat yang bekerja di sana sejak tahun lalu, ya salah satunya perayaan Natal.

Pengunjung mengamati pohon Natal setinggi 12 meter di salah satu pusat perbelanjaan di Medan, Sumatera Utara, Selasa (21/12/2021). ANTARA FOTO/Fransisco Carolio

Padahal, di masa lalu, pihak Kerajaan Arab Saudi melarang adanya atribut Natal di wilayah mereka sehingga adanya pohon Natal di seluruh Kerajaan Arab Saudi kini jelas menjadi sorotan.

Baca Juga: Kabupaten Belitung Nihil Kasus Baru Covid-19 Saat Perayaan Natal

“Sekarang, keceriaan Natal merayap ke Arab Saudi karena pembatasan sosial dilonggarkan di bawah Putra Mahkota Mohammed bin Salman,” tulis Wall Street Journal, dikutip terkini.id--Jaringan Suara.com.

“Dia ingin warga Arab Saudi bersenang-senang dan menghabiskan lebih banyak uang di rumah dan membutuhkan orang asing untuk menikmati tinggal di sini, cukup untuk tinggal dan membantu membangun industri baru yang tidak terkait. untuk minyak.”

Menurut laporan, berbagai supermarket di Arab Saudi sekarang bahkan penuh dengan pohon Natal. Beberapa di antaranya pun sangat mahal dan barang-barang obral lainnya yang terkait dengan Natal karena polisi agama negara itu menghindari pembeli Natal.

Ilustrasi perayaan Halloween (Unsplash.com/Seungju Lee).

Pada Oktober lalu, pihak Kerajaan juga mengambil bagian dalam perayaan Halloween, sebuah acara yang berasal dari Anglo-Saxon, yang telah menyebar secara komersial ke beberapa negara lain. Namun, meskipun telah melegalkan perayaan Halloween hingga Natal, nyatanya Kerajaan Arab Saudi masih melarang kehadiran Sinterklas.

“Mereka hanya ketat dengan Sinterklas, dia belum bisa membunyikan loncengnya di Arab Saudi saat ini,” ungkap seorang penjual pernak-pernik Natal.

Baca Juga: Cie, Yuni Shara Dirangkul Mesra Eks Suami

Di bawah reformasi baru Mohammed bin Salman, Arab Saudi telah merangkul budaya global yang dipimpin Barat dari bintang pop hingga acara olahraga. Bahkan bulan lalu, penyanyi top asal Kanada, Justin Bieber, tampil di Jeddah di depan banyak penonton saat model terkenal seperti Alessandra Ambrosio dan Sara Sampaio mencontohkan desain baru kepada pelanggan dalam peragaan busana.

Tampil Swag ala Justin Bieber (Dok. NBA)

Selain itu, Arab Saudi juga menjadi tuan rumah Festival Film Laut Merah yang menayangkan banyak film bahkan dari negara-negara seperti Iran, negara yang berselisih dengan Kerajaan. Tak hanya itu, tahun ini otoritas Arab Saudi bahkan mengizinkan film seperti ‘Father Christmas is Back’ untuk diputar di kerajaan.

Sebagai informasi, sejak 2018 lalu, bioskop di seluruh Arab Saudi pun telah diizinkan untuk memutar film internasional. Namun, beberapa intelektual Muslim telah lama mengkritik perubahan Arab Saudi di bawah Putra Mahkota Mohammed bin Salman sebagai dekoratif.

“Perubahan yang dilakukan Putra Mahkota tidak memedulikan nilai-nilai dan adat-istiadat warga biasa dan telah menghadapi perlawanan rakyat,” ujar Serif Mardin, seorang intelektual Turki terkemuka.

“Itu mengarah pada munculnya kelompok-kelompok yang diilhami agama di seluruh dunia Muslim,” pungkasnya.

Load More