SuaraBanten.id - Meninggalnya Soni Eraneta alias Ustaz Maaher At-Thuwailibi di dalam penjara disoroti sejumlah kalangan termasuk eks Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman.
Dia menyayangkan kondisi almarhum Maaher yang sempat sakit saat menjalani penahanan di Bareskrim Polri terkait statusnya sebagai tersangka kasus penghinaan terhadap tokoh NU, Habib Luthfi bin Yahya.
Menanggapi peristiwa yang dialami Maaher, Munarman saat dihubungi Suara.com, Rabu (10/1/2022) menyebut seharusnya, proses penahanan terhadap tersangka tidak boleh dilakukan ketika sedang menderita secara psikis dan fisik.
"Tidak boleh orang yang sedang menderita secara psikis ataupun fisik menjalani proses hukum," kata dia.
Semestinya, kata Munarman, tahanan yang sakit harus mendapatkan penanganan terlebih dahulu hingga sembuh. Di samping itu, penahanannya pun harus ditangguhkan.
"Diobati dulu sampai sembuh, ditangguhkan penahanannya, diberi kesempatan berobat. Setelah sehat dan fit baru proses hukum dijalankan," ujarnya.
Dia juga mengatakan, dalam setiap proses pemeriksaan berita acara pemeriksaan (BAP) maupun persidangan, selalu ada pertanyaan yang merujuk kepada kondisi kesehatan tersangka.
"Kalau dijawab tidak sehat, maka semua proses hukum harus dihentikan, diobati dan disembuhkan dulu, bukan malah dipenjara," kata dia.
"Begitu harusnya penerapan hukum berdasar kemanusiaan yang adil dan beradab."
Baca Juga: Refly Harun: Ustadz Maaher Ditahan 60 Hari, Seharusnya Sudah Selesai
Diketahui, Ustadz Maaher mendekam di Rutan Bareskrim Polri sejak 4 Desember 2020 setelah ditetapkan menjadi tersangka kasus unggahan penghinaan terhadap Habib Luthfi melalui akun media sosial Twitter @ustadzmaaher_
Penyakit Maaher Dirahasiakan
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Raden Prabowo Argo Yuwono mengaku Maaher sempat dibawa ke RS Polri karena pernah mengeluh sakit dalam tahanan.
"Setelah diobati dan dinyatakan sembuh, yang bersangkutan dibawa lagi ke rutan Bareskrim," kata Argo.
Namun, Argo tidak menjelaskan penyakit Ustadz Maaher dengan alasan etis.
"Saya tidak bisa menyampaikan sakitnya apa karena ini adalah sakit yang sensitif ya. Ini bisa berkaitan dengan nama baik keluarga almarhum. Jadi kita tidak bisa menyampaikan secara jelas dan gamblang sakitnya apa. Karena penyakitnya sensitif," kata Argo.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Skandal Jaksa Nakal Banten Terbongkar! Kejagung Sikat 3 Anak Buahnya Sendiri
-
Kasus Pembunuhan Anak 9 Tahun di Cilegon Belum Terungkap, Bikin Masyarakat Resah
-
Viral Pernyataan Abah Aos Soal Kopiah Hitam Haram, Tokoh Ulama Banten: Hati-hati Sesat!
-
Langit Panimbang Berubah Merah Darah, Warga Pesisir Pandeglang Dilanda Kecemasan
-
Tips Sewa Mobil Aman dan Terjangkau untuk Bepergian Jauh