SuaraBanten.id - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 Kota Tangerang Selatan tinggal 14 hari lagi. Kertas suara pemilih pun kini sedang dikebut untuk dilipat.
KPU Kota Tangerang Selatan menargetkan pelipatan kertas suara itu akan selesai dalam lima hari. Agar selesai tepat waktu, tenaga ahli pelipat kertas suara pun diterjunkan.
Diperkirakan, ada 25 orang. Mereka, berasal Kecamata Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Usianya beragam, ada yang tertua berusia 60 tahun dan paling muda 23 tahun.
Misalnya Niswati, berusia 60 tahun dan mengaku paling tua di antara petugas wanita lainnya. Nenek-nenek yang punya lima anak dan tujuh cucu itu mengaku, sudah beberapa kali menjadi tenaga ahli panggilan pelipat suara.
Terakhir, sekira pekan lalu, dia baru selesai melipat kertas suara di Karawang. Itu sekaligus diakui Niswati paling jauh selama bertugas.
Keahliannya melipat kertas suara itu didapat, lantaran dirinya bekerja sebagai pelipat kertas di percetakan.
Niswati menargetkan, sehari dia bisa melipat kertas suara sebanyak enam ribu kertas suara.
"Ini (kertas suara) jadi tiga lipatan, enggak sampe satu menitan lah. Sehari targetnya, tiga dus, satu dusnya ada dua ribu, jadi bisa enam ribuan lah," kata Niswati saat ditemui di gudang logistik KPU Tangsel di Jalan Buana Kencana sektor XII, Rawa Buntu, Serpong, Kamis (26/11/2020).
Dalam melipat kertas suara, Niswati hanya menggunakan sisa balon yang dipakai di ibu jari dan telunjuk tangan kanan agar mudah mengecek kertas suara.
Baca Juga: Mendagri Tito Minta Realisasi Anggaran Tahun 2020 Harus Tepat Sasaran
Meski sudah mulai bekerja melipat kertas suara, Niswati mengaku, belum mengetahui dirinya akan dibayar berapa setiap satu kertas suara yang dilipat.
"Belum tahu dibayar berapa, tadi baru mulai jam 12 kurang, sebelum lohor. Katanya, kerjain dulu aja kalau selesai baru dihitung dan dibayar," ungkap nenek-nenek berkecamata itu sambil melipat kertas suara.
Sebetulnya, kata Niswati, dirinya khawatir soal adanya virus Covid-19. Mengingat, usianya tergolong rentan terpapar virus tersebut. Tetapi, dia tetap nekat bekerja untuk mencukupi ekonomi.
"Ahamdulillah ibu udah jauh, udah ke Karawang kemaren. Khawatir sedikit ada, kalau ada ribut PSBB sempet takut. Tinggal pasrah aja deh, namanya cari makan. Kalau di rumah kan cuma dapet bantuan sembako. Tapi kan kalo mau beli obat nggak punya duit kan repot," pungkas Niswati.
Selain Niswati, ada juga Erni. Ibu dua anak berusia 50 tahun. Dia rela meninggalkan keluarganya agar bisa memiliki penghasilan di tengah sulitnya ekonomi akibat Covid-19.
Erni mengaku, sudah menjadi pelipat kertas sejak 1989 sejak jamannya percetakan negara. Terakhir, dia pun baru selesai dari Karawang.
Saat ini, dia pun mengaku, belum tahu berapa dia akan dibayar oleh KPU Tangsel atas pekerjaanya melipat kertas suara.
"Belum dikasih tahu harga perlembarnya berapa, pokoknya kerjain aja, urusannya belakangan. Biasanya total nanti hasil hitungannya terakhir," ungkapnya saat memisahkan kertas suara yang cacat.
Menurutnya, dalam melipat kertas suara tidak sembarangan sekadar melipat. Tapi juga harus memilah kertas suara yang layak dan cacat.
"Iya disortir dulu. Kalau bebayang gini (KPU) enggak mau. Ada yang negebayang, ada yang kotor, ada yang item, ada yang kepotong itu dipisahin lalu dibuang," kata Erni sambil menunjukkan kertas suara yang cacat.
Sama dengan Niswati, Erni pun sebetulnya khawatir soal resiko tertular Covid-19. Tetapi, dia pasrah sambil menerapkan protokol kesehatan.
"Lilahi ta'ala aja. Penyakit kita enggak tahu emang," pungkasnya.
Petugas lainnya, Alfi Laila meruoakan petugas lipat kertas suara paling muda. Usianya, 23 tahun, dia menjadi pekerja lipat kertas suara bersama ibunya.
Menurutnya, semua petugas oelipat kertas suara ini sudah saling kenal seperti satu kelompok tenaga ahli pelipat kertas.
Ibu satu anak itu bilang, dia sengaja ikut menjadi petugas pelipat kertas suara untuk mencukupi kebutuhan susu bagi anaknya.
"Apa aja dilakuin, kan lumayan tambahan beli susu buat anak," ungkapnya.
Dia mengaku, tidak terlalu khawatir dalam pelipatan kertas suara yang merupakan kertas penting untuk Pilkada 2020 pada 9 Desember mendatang.
"Kita kan di sini jujur, cuma ngelipet aja. Jadi ya biasa-biasa aja," pungkasnya.
Dari informasi yang dihimpun, diperkirakan ada 1.001.874 kertas suara yang harus dilipat. Ditargetkan, selama lima hari. Setelah selesai dilipat, nantinya akan didistribusikan ke tujuh kecamatan yang ada lalu dibagian ke setiap tempat pemungutan suara.
Kontributor : Wivy Hikmatullah
Berita Terkait
-
Polda Banten Akui 2 Anggota Brimob Keroyok Jurnalis, Identitas TG dan TR Mulai Diselidiki
-
8 Fakta Mencekam Pengeroyokan Jurnalis di Serang: Dari Jebakan Maut Hingga Deputi KLHK Baku Hantam
-
KLH Segel Pabrik Pengolahan Limbah di Kabupaten Serang
-
Melihat Ragam Helikopter di Pameran Heli Expo Asia 2025
-
Tolak Kerja Sama TPA Bangkonol, Warga Buang Sampah di Kantor Bupati Pandeglang
Terpopuler
- Pendidikan Gustika Hatta, Pantas Berani Sebut Indonesia Dipimpin Penculik dan Anak Haram Konstitusi
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
Pilihan
-
Sedetik Bawa FC Utrecht ke Liga Europa, Miliano Jonathans Cetak Rekor untuk Timnas Indonesia
-
Panas! Alex Pastoor Serang Rekan Miliano Jonathans: Kenapa Itu Harus Diucapkan?
-
Klub Miliano Jonathans Selangkah Lagi Cetak Sejarah di Liga Eropa
-
Heboh Warga Solo Dituduh Buron 14 Tahun, Kuasa Hukum Tak Habis Pikir: Padahal di Penjara
-
7 Rekomendasi HP Gaming Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaru Agustus 2025, Murah Performa Lancar
Terkini
-
Pengeroyokan Jurnalis: Polisi Tangkap 2 Sekuriti PT Genesis, Propam Selidiki Keterlibatan Oknum
-
Ada Beking Oknum Aparat? PWI Cilegon Desak Kapolda Baru Sikat Pelaku Pengeroyokan 8 Wartawan
-
Polisi Buru Pelaku Pengeroyokan Humas KLH dan Wartawan di Serang
-
Sidak KLHK Berujung Ricuh di Serang, Wartawan dan Pegawai Humas Dianiaya Ormas Hingga Oknum Brimob
-
Kronologi Pengeroyokan 8 Jurnalis di Pabrik Limbah Serang, AJI Desak Polisi Usut Tuntas