SuaraBanten.id - Satgas Covid-19 meminta masyarakat mematuhi protokol kesehatan untuk membantu tenaga medis. Bagaimana caranya?
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 meminta agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan yang sudah dibuat pemerintah, demi mencegah kasus virus Corona bertambah banyak.
Kepala Bidang Koordinator Relawan Medis Satgas Penanganan Covid-19 Jossep William mengatakan, dampak masyarakat mematuhi protokol kesehatan tidak hanya mengurangi risiko penularan, tapi juga meringankan beban tenaga medis.
"Tenaga medis yang ada saat ini memang keletihan juga, tapi kita usahakan supaya mereka bisa tetap gembira, tetap semangat. Perjalanan kita masih panjang kelihatannya," kata Jossep dalam diskusi dengan BNPB pada Senin (21/9/2020).
Menurut Jossep, puskesmas di Jakarta mulai kewalahan karena banyaknya pasien Covid-19 yang membutuhkan pelayanan.
Jakarta mencatat kasus aktif sebanyak 12.116 orang pada Senin (21/9), dengan 51,8 persen di antaranya merupakan pasien tanpa gejala.
Pasien tanpa gejala saat ini wajib menjalani isolasi mandiri di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet setelah pemerintah tidak lagi mengizinkan isolasi mandiri.
"Kita siapkan tenaga tambahan perawat dan dokter untuk di Rumah Sakit Darurat. Tenaga medis dan relawan di lapangan seminggu belakangan sibuk sekali," lanjut dia.
Jossep menuturkan kesibukan itu juga terlihat dari kesibukan ambulans yang mengantarkan pasien positif untuk isolasi di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet.
Baca Juga: Tenaga Kesehatan Mulai Kewalahan: Entah Sampai Kapan Kita Bertahan?
"Mereka yang positif ke Wisma Atlet itu memberlakukan antrean, enggak bisa kontak terus langsung dijemput," jelas Jossep.
Satgas Covid-19 saat ini menyiapkan lebih banyak dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya untuk mengatasi situasi.
Jossep menuturkan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) terkait ini.
"Kita sekarang mempersiapkan teman-teman kita dari anak-anak internship untuk masuk membantu kekurangan tenaga medis yang ada," tutur dia.
Jossep mengatakan sistem di fasilitas kesehatan bisa terancam ambruk jika jumlah pasien positif terus bertambah.
"Meskipun kita sekarang masih tahan, tapi pertanyaannya sampai kapan bisa tahan? Kalau sistem kesehatan ambruk, ini yang jadi masalah," ujar dia.
Berita Terkait
-
Indonesia Masuk 5 Besar Kelahiran Prematur Dunia, Siapkah Tenaga Kesehatan Menghadapi Krisis Ini?
-
Jangan Sampai RS Internasional Didominasi Tenaga Asing Akibat Standar Kita Tertinggal
-
Melalui MPPDN, Mendagri Tegaskan Dukungan Terhadap Perizinan Tenaga Medis dan Kesehatan
-
Tujuh Dokter Penugasan Khusus di Kabupaten Biak Numfor
-
Menkes Geram! Dokter Spesialis di Sumsel Dipaksa Lepas Masker dan Dianiaya Keluarga Pasien
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Serang Dikepung Bencana Malam Ini: Banjir Rendam Cinangka, Longsor Putus Jalan di Bojonegara
-
4 Spot Wisata Alam Hidden Gem di Tangsel untuk Libur Akhir Tahun
-
Warga Ciledug dan Sekitarnya Harap Waspada! 3 Kecamatan Ini Masuk Zona Merah Banjir
-
Krisis Sampah di Tangsel, Pengamat: Perpres 109/2025 Tak Berlaku Surut
-
Jadwal KRL Rangkasbitung-Tanah Abang Senin 15 Desember 2025: Keberangkatan Pagi Anti Telat