SuaraBanten.id - Sungguh miris nasib yang dialami Encep (42) warga asal Kelurahan Tamansari, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon. Di tengah wabah Covid-19, Encep yang bekerja sebagai buruh harian lepas semakin kesulitan mendapatkan penghasilan walau sekedar untuk makan.
Alhasil, Encep yang tinggal di satu rumah kontrakan bersama istrinya Lisa (26) dan anaknya Virgo yang masih berusia 1,5 bulan pun harus terusir dari kontrakan, karena tak sanggup membayar biaya kontrakan sebesar Rp 425 ribu tiap bulan.
"Biaya kontrakan itu Rp 350 ribu, sama listrik dan air itu Rp 425 ribu. Saya nunggak satu bulan lewat seminggu. Saya sudah minta toleransi, tapi subuh itu sekitar tanggal 2 diminta dikosongin sama pemilik kontrakan," cerita Encep saat ditemui di Rumah Singgah Dinas Sosial Kota Cilegon pada Sabtu (4/4/2020) sore.
Segala upaya sudah dilakukan Encep untuk bisa membayar kontrakan, salah satunya dengan mencoba mencari pinjaman ke teman-temannya hanya untuk sekedar membayar kontrakan, agar ia bersama keluarga kecilnya masih punya tempat untuk berlindung dari panas dan hujan.
Baca Juga: Ribuan Buruh di Jawa Tengah Jadi Korban PHK Imbas Corona
"Saya sudah coba nyari pinjaman, sampai jalan kaki 3 jam, pernah ga pulang dua hari, buat nyari pinjaman untuk bayar kontrakan, tapi ga dapat karena mungkin kondisinya kayak gini," ujarnya.
Diungkapkan Encep, sebelum ada wabah Covid-19, meski dirinya hanya pekerja serabutan, tapi ia masih bisa mendapat penghasilan dari narik gerobak pasir.
"Narik gerobak pasir itu sehari bisa dapat Rp 100 ribu, dari pagi sampai sore. Tapi kalau hujan, nggak boleh kerja dan itu nggak dibayar. Sebelum Corona itu, bisa dapat sejuta. Semenjak ada isu Corona, total nggak ada hasil, nggak ada pekerjaan," katanya lirih.
Bahkan istrinya Lisa, yang merupakan buruh cuci pun sudah tidak bisa mendapatkan pekerjaan karena banyak masyarakat yang lebih memilih untuk tetap di rumah.
Sehingga, terkadang Lisa pun harus menjadi pemulung untuk sekedar membeli susu dan popok bagi anaknya. Tapi semenjak ada pembatasan ruang publik karena wabah Covid-19, membuat ruang geraknya pun turut terbatas untuk mencari barang-barang bekas untuk kemudian dijual ke pengepul rongsokan.
Baca Juga: Tak Takut Corona, 50 Ribu Buruh Bakal Geruduk DPR Tolak Omnibus Law
"Iya biasanya istri juga bawa karung di Car Free Day di Krakatau Junction, mulung. Tapi semenjak ditutup, udah ga bisa mulung lagi. Dan hasil mulung itu paling seminggu dapatnya Rp. 50 ribu, cukup buat beli susu aja," ungkapnya.
Encep menyebut, kondisi saat ini selayaknya perang dunia, karena bisa membunuh pelan-pelan jika tidak ada perhatian dari pemerintah terhadap masyarakat bawah yang sangat terdampak dari mewabahnya Covid-19.
Beruntung, saat dalam keadaan terlunta-lunta di jalanan karena diusir dari kontrakannya, Encep bertemu dengan Himpunan Pengusaha KAHMI (HIPKA) Provinsi Banten yang kemudian membawanya ke Rumah Singgah milik Dinas Sosial Kota Cilegon untuk tinggal sementara.
Ketua Himpunan Pengusaha KAHMI (HIPKA) Provinsi Banten Khoirul Umam mengatakan, pihaknya langsung memberikan bantuan modal usaha sebesar Rp 3 juta dan menyewakan kios dan kontrakan untuk keluarga Encep selama 2 bulan. Bahkan, pendampingan pun akan terus dilakukan untuk memulai usahanya.
"Pak Encep akan kita bukakan usaha jualan kopi dan mie rebus di Pasar Kelapa Cilegon, dan mengontrak disekitaran pasar, agar bisa segera dan memudahkan dirinya memulai usahanya," ucap Umam melalui sambungan telepon.
Diakuinya, bantuan yang diberikan merupakan hasil swadaya dari anggota HIPKA Banten yang turut peduli atas persoalan yang menimpa kepada Encep.
"Alhamdulillah, banyak teman-teman anggota HIPKA juga berikan bantuan. Dan saya pun secara pribadi mengucapkan terimakasih banyak kepada anggota HIPKA yang sudah membantu Pak Encep membuka usaha barunya," ungkapnya.
Ia berharap, apa yang dilakukan oleh pihaknya memberi inspirasi kepada pemerintah dan pihak-pihak lain untuk mau peduli terhadap masyarakat yang terkena dampak ekonomi dari mewabahnya Covid-19.
"Semua pihak harus bahu membahu bekerjasama. Secara medis kita percayakan kepada tenaga medis. Tapi dari dampak ekonominya, para pengusaha yang sudah mapan agar bisa saling membantu masyarakat kecil yang membutuhkan agar bisa bangkit. Dan kepada pemerintah, kita berharal, membuat kebijakan holistik, hingga tidak terjadi dampak ekonomi seperti ini," katanya.
Kontributor : Sofyan Hadi
Berita Terkait
-
Viral Arra Hina Buruh, Netizen Ungkap Gaji Besar Di Pabrik Bisa Capai 2 Digit!
-
H-5 Lebaran, 11.800 Motor Sudah Menyeberang ke Pulau Sumatera Melalui Pelabuhan Ciwandan
-
Disinggung di Permintaan Maaf Orang Tua Arra, Benarkah Adab Harus Didahulukan Sebelum Ilmu?
-
Viral Arra Diduga Sindir Buruh Pabrik, Orangtua Kena Semprot Psikolog: Apa-apaan Ortu Begini!
-
Teken Kontrak Kerja Lagi usai Kena PHK, Menaker Serahkan Nasib Eks Buruh Sritex ke Investor Baru
Terpopuler
- Mudik Lebaran Berujung Petaka, Honda BR-V Terbakar Gara-Gara Ulang Iseng Bocah
- Persija Jakarta: Kalau Transfer Fee Oke, Rizky Ridho Mau Ya Silahkan
- 3 Pemain Liga Inggris yang Bisa Dinaturalisasi Timnas Indonesia untuk Lawan China dan Jepang
- Pemain Kelahiran Jakarta Ini Musim Depan Jadi Lawan Kevin Diks di Bundesliga?
- Infinix Hot 50 vs Redmi 13: Sama-sama Sejutaan Tapi Beda Performa Begini
Pilihan
-
Mees Hilgers Dituduh Pura-pura Cedera, Pengamat Pasang Badan
-
Anthony Elanga, Sang Mantan Hancurkan Manchester United
-
BREAKING NEWS! Daftar 23 Pemain Timnas Indonesia U-17 di Piala Asia U-17 2025
-
Terungkap! MisteriHilangnya Oksigen di Stadion GBK Saat Timnas Indonesia vs Bahrain
-
Tolak Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Ini Bakal Setim dengan Cristiano Ronaldo
Terkini
-
Sinergi BRI dan Komunitas Lokal dalam Restorasi Ekosistem Laut Gili Matra
-
Lebaran 2025 Lebih Mudah dengan Transaksi BRImo yang Cepat Sekaligus Aman
-
Lebaran Tanpa Khawatir, 1 Juta AgenBRILink BRI Tangani Transaksi dan Pembayaran
-
Tiga Pemudik Pingsan di Pelabuhan Ciwandan, Kelelahan dan Kepanasan saat Antre Masuk Kapal
-
Hari Raya Nyepi, BRI Peduli Berbagi Sembako dan Renovasi Pura