Scroll untuk membaca artikel
Agung Sandy Lesmana
Kamis, 26 Maret 2020 | 15:11 WIB
Ilustrasi tenaga medis. [Paolo Miranda/BBC]

"Sebelum efektif jadi RS Covid-19, ada sekitar 40 orang mundur kerja. Mereka semuanya tenaga outsourcing. Akibatnya kami yang harus membuang sendiri sampah medis. Dengan APD (alat pelindung diri), bayangkan harus berjalan sampai ke IPAL,” kata dia.

Dia mengaku beban kerja bersama para rekannya semakin berat. Bahkan, di tengah pembagian 4 shift, tenaga medis yang masuk shift 3, dari pukul 17.00 hingga 01.00 dini hari tak mendapat makan.

“Alasannya dari Dinkes tidak ada orang yang mengantar karena malam,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia meminta kepada Pemprov Banten agar serius dalam menerapkan standar keamanan penanganan penyakit infeksius.

Baca Juga: Rumah Dinas Wali Kota Semarang Mau Jadi Ruang Isolasi Pasien Virus Corona

“Kami tidak meminta fasilitas nyaman, tapi kami minta penuhi saja standar keamanan supaya penularan tidak semakin luas. Yang akan menjadi korban kan masyarakat Banten juga, khususnya di Kota Serang,” kata dia.

Wartawan Bantennews.co.id masih berupaya mendapatkan konfirmasi dari pihak Dinkes Banten maupun manajemen RSUD Banten terkait cerita yan didapatkan dari tenaga medis tersebut.

Load More