Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 29 November 2019 | 08:59 WIB
Warga melintas di PLTU Suralaya, Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon. (Bantennews)

SuaraBanten.id - Abu PLTU Suralaya atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya beterbangan sampai mengancam nyawa seorang balita. Abu itu diketahui merupakan hasil sisa pembakaran batu bara.

Masitah (32) merasa prihatin dengan kondisi kesehatan Aqifa Naila, buah hatinya. Di usia yang baru menginjak dua tahun, sang balita harus menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Anaknya yang dulu terlihat ceria dan aktif, kini tidak terlihat aktif lagi.

"Dulu orangnya aktif. Tapi sejak sakit jadi tidak aktif lagi," kata Masitah sambil menatap wajah si buah hati dalam gendongannya, Selasa (26/11/2019) lalu.

Dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, warga Kelurahan Suralaya tersebut hanya bisa mengobati anaknya dengan rutin berobat ke Puskesmas Pulo Merak, Kota Cilegon. Pihak medis menyarankan agar putri ketiganya itu menjalani pengobatan selama enam bulan lamanya.

Baca Juga: Bekasi Panas Gila! Ribuan Warga Kena Ispa, Diare sampai Flu

“Setiap hari mengkonsumsi 2 tablet obat, tidak boleh kelewat. Kalau obat sudah habis, harus segera ke Puskesmas. Kalau dalam waktu 6 bulan belum sembuh, kata dokternya bisa 3-6 bulan lagi sampai sembuh total,” katanya.

Melihat kondisi anaknya, Masitah teringat Samah Dela, mendiang adiknya. Sepuluh tahun yang lalu ia meninggal dunia karena mengalami penyakit paru-paru. Kondisi tersebut membuat Masitah semakin merasa khawatir dengan kesehatan buah hatinya. Ia berharap putrinya bisa cepat sembuh dari sakit yang dideritanya.

Sang suami, Edi, menduga kondisi lingkungan yang tidak sehat menjadi salah satu penyebab penyakit pernapasan yang diderita anggota keluarganya. Ia menilai lokasi rumah yang hanya kurang dari satu kilometer dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) milik PLTU Suralaya berpengaruh pada kesehatan masyarakat, khususnya anggota keluarganya.

“Kalau angin dari barat, abu itu sampai ke rumah kami. Abu berwarna abu-abu bisa kita lihat di lantai rumah. Kalau tidak disapu, terasa terinjak kaki. Berbeda dengan debu tanah,” kata Edi.

Pantauan BantenNews.co.id --jaringan Suara.com-- di lokasi TPS Limbah B3 milik PLTU Suralaya, kondisi abu dari sisa pembakaran batu bara itu terlihat menggunung di area terbuka. Posisi TPS berada tak lebih dari 1 kilometer dari pemukiman warga, dengan tumpukan berada pada ketinggian sekitar 100 meter.

Baca Juga: Karhutla di Kalbar: 504.000 Warga Kena ISPA, Ekonomi Merugi Rp 220 Triliun

Pada lokasi pengumpulan limbah batu bara tersebut terlihat tempat penimbunan abu yang disiram dengan air untuk mengurangi penyebarannya ke daerah sekitar. Namun hal itu tidak berjalan maksimal, karena debu atau abu masih kerap tercecer hingga jalan raya.

Lokasi TPS yang hanya sekitar 100 meter dari jalan raya, membuat mulai dari pintu masuk TPS, abu tercecer di sepanjang jalan tempat penampungan Limbah B3. Abu menutupi jalan dengan ketebalan di atas mata kaki atau sekitar 20 centimeter. Roda kendaraan amblas ketika melintasinya.

Abu terbang atau fly ash juga mengotori pepohonan yang ada di sekitar TPS. Tidak sedikit pohon yang meranggas dan mati. Abu tersebut diangkut dengan menggunakan dua jenis kendaraan. Untuk abu padat menggunakan kendaraan truk terbuka dan abu terbang menggunakan kendaraan kapsul.

Namun abu tetap banyak terlihat di sepanjang jalan menuju TPS. Tidak jarang ceceran abu terbang juga beterbangan di jalan raya hingga mengganggu jarak pandang pengendara.

Ditemui wartawan, Rabu (27/11/2019), Humas PT Indonesia Power, Afrizal, belum bersedia memberi penjelasan.

Load More