Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 03 Juli 2019 | 19:59 WIB
Ilustrasi kekeringan di Banten. [Antara]

SuaraBanten.id - Dalam sepekan terakhir, Warga Kabupaten Lebak Provinsi Banten mengalami kesulitan air bersih akibat kemarau yang terjadi sejak awal bulan lalu. Akibatnya sejumlah sumur galian dan sumur bor mengering.

"Kami dan warga lainnya terpaksa mencari air bersih untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus (MCK) ke sumber air makam keramat," kata Warga Desa Padasuka, Kecamatan Warunggunung, Samsuri seperti dilansir Antara pada Rabu (3/7/2019).

Ia mengatakan warga desa ini setiap hari memadati sumber air keramat untuk mendapatkan air. Selain itu, ada juga warga yang terpaksa membeli air bersih menggunakan jasa tukang ojek ke sumber mata air ke luar desa.

Mereka yang membeli air bersih dengan biaya tukang ojek harganya antara Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu untuk satu bak mandi berukuran 2 meter X 1,5 meter.

Baca Juga: Sebanyak 17 Desa di Cilacap dan 11 Desa di Purbalingga Terdampak Kekeringan

"Kami sudah biasa tinggal di sini jika kemarau mengalami kesulitan air bersih," katanya.

Sekertaris Desa Padasuka Suhayah mengatakan beberapa perkampungan di wilayahnya mengalami kesulitan air bersih akibat kemarau. Bahkan, sejumlah sumur galian dan bor mengering.

"Kami telah mengajukan permohonan ke BPBD setempat untuk segera didistribusikan pasokan air bersih," katanya.

Begitu pula Nana, warga Desa Calung Bungur, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak mengatakan dirinya saat ini kesulitan air bersih menyusul sarana MCK tidak berfungsi.

Akibat kesulitan air bersih tersebut, sebagian warga mengambil air ke daerah aliran sungai Ciberang, namun untuk keperluan konsumsi sehari-hari, mereka membeli air mineral kemasan atau galon isi ulang.

Baca Juga: Hadapi Kekeringan, Gubernur Khofifah Instruksikan Distribusi Air Bersih

"Kami berharap sarana air bersih itu segera dibangun kembali sehingga warga bisa menggunakan lagi untuk keperluan MCK," katanya.

Ia juga menyebutkan, selama dua tahun terakhir warga di sini kesulitan memperoleh air bersih, karena tidak memiliki sumber mata air setelah hutan yang ada menjadi tanah lapang milik pengembang.

"Kalau dulu kami masih bisa mendapat air bersih dari sumur tanah," ujarnya. (Antara)

Load More