Scroll untuk membaca artikel
Agung Sandy Lesmana
Jum'at, 19 April 2019 | 15:32 WIB
Ilustrasi. (ANTARA Papua/Musa Abubar)

SuaraBanten.id - Politik uang yang akrab disebut serangan fajar ternyata masih menjadi kegiatan yang lumrah jelang pemungutan suara pada pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia.

Bahkan di kawasan pesisir Pandeglang, Banten, sejumlah warga malah menanti-nanti untuk bisa mendapatkan uang dalam bentuk amplop atau sembako dari para konstenstan yang bertarung di pesta demokrasi yang digelar setiap lima tahun sekali.

Melansir dari Bantenhits.com--jaringan Suara.com, ZA, salah seorang warga di Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, mengaku tidak akan memilih caleg ataupun capres pada Pemilu 2019 ini jika tidak ada yang memberikannya uang.

ZA menganggap besaran serangan fajar yang lazim diterimanya ketika ada hajat pemilihan seperti itu, nilainya cukup lumayan untuk ukurannya. 

Baca Juga: Jembatan Utama di Jalur Utama Penghubung Surabaya - Ngawi Ambrol

“Saya mah pilih yang kasih duit saja, lumayan,” kata ZA saat berbincang dengan BantenHits.com.

Namun sayangnya, serangan fajar yang diharapkan SY pada pemungutan suara Pemilu pada Rabu (17/4/2019) lalu ternyata nihil. Serangan fajar yang biasa massif bermunculan, pada pemilu kali ini dirasa mereka sepi.

“Enggak ada yang ngasih ternyata, saya kira bakal ada,” cetus SY dengan nada kecewa.

SY, memang salah seorang warga kurang mampu di Kecamatan Cigeulis. Ia juga sering memprotes ketika ada caleg atau tim sukses yang menempel alat peraga kampamye (APK) di rumahnya tetapi tidak memberi apa-apa.

“Tadinya mau dipake buat beli sabun kalau ada yang ngasih,” timpalnya.

Baca Juga: Bucin Lagi Hits, Mana yang Kamu Banget?

Berbeda dengan SY, NA warga Kampung Jalupang, Desa Ciseureuheun, Kecamatan Cigeulis, justru mengaku mendapatkan serangan fajar yang dibagikan seorang caleg. Serangan fajar tersebut dibagikan merata kepada warga di sekitar kampung NA.

Karena NA merasa serangan fajar merupakan pelanggaran, lantas dia pun melapor kejadian itu, kepada pengawas pemilu setempat. Namun, sayang uang Rp 20 ribu sebagai barang bukti yang diterimanya melalui tokoh masyarakat pada saat itu telah habis dipakai untuk membeli rokok. Sehingga laporan itu dianggap mentah dan sulit untuk bisa diproses.

"Narimakeun abdi oge duitna dipake meuli rokok (diterima saya juga, uangnya dipakai membeli rokok)," katanya.

Sementara, Koordinator Divisi Penindakan dan Penanganan Pelanggaran Bawaslu Pandeglang, Fauzi Ilham mengaku menemukan temuan serangan fajar di salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang.

Saat ini, temuan tersebut masih dalam tahap pendalaman dan akan segera dibahas dengan Sentra Penegakkan Hukum Terpadu (Sentra Gakkumdu).

"Ada di Kecamatan Pagelaran temuan dan laporan, cuma lagi didalami dulu, karena kita butuh pendalaman. Nanti dalam waktu dekat di bahas dengan Gakkumdu yah,” katanya.

Load More