SuaraBanten.id - Utut Adianto Wakil Sekjen PDI Perjuangan mengatakan ada maksud baik di balik pemasangan baliho bergambar Ketua DPR Puan Maharani di desa terdampak Gunung Semeru, Jawa Timur. Jika ada yang keberatan, dia meminta untuk melihat maksud baik dari pemasangan baliho bertuliskan kalimat bernada semangat itu.
“Kalau maksudnya pasti baik, kalau ada yang tidak berkenan mohon dilihat maksudnya,” ucap Utut di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Menurut Utut, baliho-baliho itu dipasang oleh kader dan relawan secara spontan. Bukan atas perintah Puan atau DPP PDIP. Kader dan relawan, kata Utut, memasang banyak baliho jelang kedatangan Puan Maharani ke desa terdampak semeru Gunung Semeru.
“Kalau itu kan mungkin ada spontanitas dari teman-teman Ibu Puan hadir. Itu entah kader orang yang dekat atau relawan,” kata Utut.
Baca Juga:Sindir Baliho Puan Maharani di Lokasi Erupsi Semeru, Jokowi Mania: Rakyat Butuh Empati!
Sebelumnya, sejumlah baliho Puan terpasang di sekitar desa terdampak erupsi Gunung Semeru. Warga setempat kecewa dan lebih membutuhkan bantuan ketimbang baliho. Baliho yang dimaksud itu bergambar potret diri Puan dengan latar foto para pengungsi. Selain itu ada pula logo ‘Relawan Puan Maharani’ dilengkapi kalimat penyemangat.
“Tangismu, tangisku. Ceriamu, ceriaku. Saatnya bangkit menatap masa depan,” bunyi tulisan dalam baliho Puan.
Seorang warga Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Ahmad Samiludin kecewa. Menurut dia, uang yang dipakai untuk membuat baliho itu lebih baik dialokasikan untuk membantu para pengungsi.
Dia mengaku sudah melihat baliho Puan banyak terpasang sejak beberapa hari lalu. Ia menduga baliho dipasang sejak malam sebelum Puan datang ke lokasi.
“Baru pagi tadi saya tahu, kayaknya dipasang malam tadi. Saya enggak tahu siapa yang masang,” kata Ahmad. Ia mengatakan jumlah baliho Puan yang terpasang cukup banyak. Di sepanjang jalan dari Kantor Kecamatan Candipuro sampai menuju Balaidesa Sumberwuluh baliho itu berderet tiap 30 meter.
Baca Juga:Tebar Baliho di Area Erupsi, Puan Disebut Tak Tulus, Jadikan Warga Komoditas Politik