SuaraBanten.id - Kisruh Bantuan Sosial Tunai (BTS) dari Kementerian Sosial (Kemensos) di Kabupaten Pandeglang, Banten, tak hanya terjadi di Kecamatan Carita. Hal serupa juga terjadi di sejumlah kecamatan.
Tak hanya itu, ditemukan pula calon penerima bantuan double bantuan dengan program lain. Bahkan orang yang sudah bertahun-tahun dinyatakan meninggal dunia pun turut menjadi calon penerima bantuan dari pemerintah pusat ini.
Berdasarkan pantuan jurnalis Banten.Suara.com di lapangan, ada sejumlah data yang tidak sesuai peruntukannya dari pengajuan yang dilakukan sejumlah kepala desa.
Contohnya di Desa Manggung Jaya, Kecamatan Bojong. Di desa ini ada sebanyak 69 orang yang mendapatkan bantuan. Enam diantaranya diketahui sudah meninggal.
Sementara, sebanyak 13 orang dan satu orang tanpa identitas karena belum pernah melakukan perekaman e-KTP, menerima double bantuan program. Seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Program Sembako dan Jaminan Sosial Rakyat Bersatu (Jamsosratu).
Kisruh data Bantuan Sosial (Bansos) ini pun membuat Kepala Desa Manggung Jaya Hendra Wahyudi mengeluarkan keluh kesahnya di akun Facebook.
Dalam postingannya, Hendra menyatakan bahwa data calon penerima yang keluar dari pemerintah pusat tak sesuai dengan pengajuannya.
Ia pun meng-upload foto surat undangan untuk warganya yang bernama Mariam sebagai calon penerima bansos yang kenyataannya sudah meninggal.
"Wahai Pak Presiden Jokowi. Atuh kieu carana mah kami mah diadukeun jeung masyarakat Pak. (Wahai Pak Presiden Jokowi, kalau begini caranya kamu diadukan dengan masyarakat kami)."
Baca Juga: Layani Lelaki Hidung Belang, Seorang WTS Tak Tahu Dibayar Pakai Uang Palsu
"Inilah sebagian kecil warga yang tidak kami usulkan karena sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, tapi kenapa muncul lagi. Sumpah kami tidak pernah mendata ke alam kubur karena itu bukan tugas kami," tulis Hendra, Senin (11/5/2020).
Dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Hendra menjelaskan dari jumlah penerima sebanyak 69 orang, yang bisa dicairkan sesuai peruntukannya hanya 49. Sisanya yang dianggap bermasalah diserahkan kembali ke pihak Kecamatan Bojong.
Menurutnya, warga yang sudah meninggal masih bisa diambil oleh pihak ahli waris. Hanya saja yang membuat Hendra heran dan menjadi bahan pertanyaannya, kenapa nama-nama yang sudah meninggal tersebut muncul.
Padahal saat pendataan pihak desa tidak mengusulkan. Sedangkan, lanjut Hendra, masih banyak warganya yang membutuhkan bansos tersebut.
"Ya (ada kecemburuan sosial) kalau masyarakat yang awam, tapi kebanyakan sudah mengerti, nggak mungkin RT sama desa mengajukan yang sudah di alam kubur. Berarti data yang rilis oleh Kementerian Sosial ini acuannya dari mana?" imbuhnya.
Hendra tak menyangka bila postingannya itu viral di media sosial hingga diketahui Bupati Pandeglang serta beberapa pejabat di Pandeglang.
Kabar baiknya, kata Hendra, bakal ada update data baru sebagai penerima bansos sesuai pengajuan desa sebelumnya. Rencananya bakal ada 112 orang penerima.
Nantinya bagi warga yang tidak ter-cover bantuan pusat akan di-cover dari bantuan provinsi, Kabupaten dan Dana Desa (DD).
Persoalan polemik data warga yang meninggal juga terjadi di Desa Koranji, Kecamatan Pulosari. Kepala Desa Koranji Solehudin menyebutkan, ada kurang lebih 10 orang yang terdata sebagai calon penerima yang sudah ternyata meninggal. Sisanya termasuk penerima double program bantuan lainnya.
"Sedikit sih paling di bawah 10 orang (meninggal) cuman ada yang ganda suami istri dapat. Ada yang belum, ada juga yang PKH-nya udah tercoret, kayaknya masih pakai data lama, bukan hasil pendataan desa," ujarnya.
Solehudin mengaku pihaknya mengajukan sebanyak 446 calon penerima ke Kemensos dan hanya terealisasi sebanyak 136 orang. Lantaran tidak sesuai pengajuan, ia tengah berkoordinasi dengan pihak kecamatan supaya warga yang meninggal segera diganti.
Ia berharap warganya bisa mendapatkan bantuan dampak dari pandemi Covid-19.
"Mudah-mudahan nanti kan masih ada dari provinsi, Kabupaten dan BLT dana desa, harapnya ke-cover semua," ungkapnya.
Polemik serupa terjadi di Desa Girijaya, Kecamatan Saketi. Dari 172 orang calon penerima, hanya 152 orang yang betul-betul sebagai calon penerima. Sisanya 6 orang meninggal dunia, 1 orang penerima PKH, 1 orang KKS dan 8 orang penerima Jamsosratu.
"Sisanya pindah (domisili), double nama dan transmigrasi 1 orang," kata Kepala Desa Girijaya Tedi Setiadi.
Kontributor : Saepulloh
Berita Terkait
-
Jokowi Ajukan 31 Nama Calon Dubes untuk Negara Sahabat, Ini Daftarnya
-
Viral Foto Sepatu dan Tas Berjamur, Diduga Akibat Terlalu Lama Tak Dijamah
-
Sepintas Mirip Adidas, Logo Sepatu KW Ini Malah Bikin Gagal Fokus
-
Anies Baswedan Jawab Tudingan Bansos Dobel, Roy Suryo: Lucu Namun Cerdas
-
Setelah Parodikan Karyawan ZARA, Kini Warganet Ini Sindir Ibu Ribet Belanja
Terpopuler
- Insiden Bendera Terbalik saat Upacara HUT RI ke-80, Paskibraka Menangis Histeris
- Jay Idzes Masih Cadangan, Eliano Reijnders Sudah Gacor
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Agustus: Ada 10.000 Gems dan Pemain 108-111 Gratis
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- 55 Kode Redeem FF Max Terbaru 17 Agustus: Klaim Skin Itachi, Diamond, dan Item 17-an
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Memori 512 GB Harga di Bawah Rp 5 Juta, Pilihan Terbaik Agustus 2025
-
Carut Marut Penyelenggaraan Haji RI Mulai Kuota Hingga Transparansi Dana
-
Berani Banget! Alex Pastoor Bikin Heboh Publik Belanda Gegara Ucapannya
-
10 HP Kamera Terbaik Agustus 2025, iPhone Kalah dari Merek Ini
-
Fakta Unik A-Z Padel: Olahraga Hits yang Bikin Penasaran
Terkini
-
QLola by BRI Dorong Transformasi Digital Korporasi dan Universal Banking
-
BRI Resmi Hadir di Taiwan, Permudah Akses Keuangan 400 Ribu Diaspora Indonesia
-
BRI Consumer Expo 2025 Bandung, Tawarkan Promo KPR Bunga Ringan Mulai 2,40%
-
HUT ke-80 RI, BRI Hadirkan 8 Langkah Nyata untuk Indonesia Berdaulat dan Sejahtera
-
Sentuhan BRI, Gulalibooks Tembus Pasar Literasi Anak ke Malaysia dan Singapura